Jumat, 12 Oktober 2012

Meditasi



Meditasi ini adalah meditasi cinta-kasih. Meditasi dilakukan dengan menggunakan teknik visualisasi yang sederhana dengan menggunakan pikiran kita yang biasa kita gunakan untuk berpikir. Sebagai contoh, jika saya menyarankan untuk membayangkan sebuah bunga, kita akan dapat melakukannya dengan mudah. Tidak peduli apakah bunga itu adalah bunga mawar atau bunga teratai, atau apapun warnanya itu, atau bahkan bagaimanapun jelasnya objek itu tergambar di dalam batin anda –- sesuatu yang berproses dengan lancar itu sudah cukup.

Sekarang duduklah dengan tegak, perhatikan jika ada ketegangan pada wajah anda. Kendorkan ketegangan di sekitar mata, sekitar rahang dan mulut. Arahkan perhatian anda pada daerah sekitar hati/dada –- suatu daerah di tengah-tengah dada, di sekitar tulang dada dan sekitar tulang rusuk. Tarik napas dan rasakan napas. Rasakan seolah-olah anda bisa menarik napas dan mengeluarkan napas dari daerah di tengah-tengah dada anda itu. Pada saat anda menarik napas, katakan kepada diri anda: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK –-mengharapkan diri sendiri sehat sejahtera, biarkan muncul dengan alami suatu perasaan simpati yang halus terhadap diri anda. Biarkan masa lalu terjadi, lepaskan ia; dan pada saat ini, pusatkan saja perhatian anda pada napas, pada hati/dada, serta pada pikiran simpati yang muncul, dengan alami dan seimbang. Tarik napas dan katakan pada diri anda sendiri: SEMOGA ORANG LAIN JUGA DALAM KONDISI YANG BAIK. Secara alami kembangkan irama ini –- menarik napas: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK, mengeluarkan napas: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. … Jika pikiran berkelana, maka dengan halus, wajar dan penuh kesabaran, tarik kembali perhatian anda. Ada suatu pergerakan yang lembut, kembali pada daerah sekitar dada, pada napas, pada perasaan simpati -– tarik napas: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK, keluarkan napas: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. ……

Apa yang kita lakukan adalah mencoba menyelaraskan diri kita dengan energi cinta-kasih dan kasih-sayang di alam semesta. Membuka diri dan menyerap energi tersebut, membiarkannya masuk ke dalam diri kita, menyegarkan diri kita, melalui napas dan kekuatan pikiran sebagai media aliran energi tersebut. Tarik napas: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Kemudian salurkan energi itu kepada setiap orang: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. … Pertahankan ketenangan dan kehalusan napas anda, biarkan energi napas menyegarkan diri kita; tarik napas ke daerah sekitar dada, keluarkan napas dari daerah sekitar dada. ……

Membuka diri terhadap energi cinta kasih dari alam semesta. Tarik napas, biarkan diri anda menjadi lebih peka dan lebih banyak menyerap energi tersebut. Keluarkan napas, hati anda menjadi lebih terbuka dan lebih luas, pancarkan keluar: SEMOGA ORANG LAIN SELALU DALAM KONDISI YANG BAIK. … Dan pada saat kita telah siap… tarik napas yang dalam dan halus ke daerah sekitar dada, biarkan perasaan cinta kasih dan energi napas memenuhi diri kita. Tahan sebentar dengan alami, dengan nyaman. Biarkan perasaan cinta kasih masuk semakin dalam dan menguatkan perasaan nyaman tersebut. Biarkan ia memenuhi seluruh tubuh kita, meresap ke dalam tubuh. Keluarkan napas, dengan perlahan dan halus, dari daerah sekitar dada: SEMOGA ORANG LAIN DALAM KONDISI YANG BAIK. Lakukan itu beberapa kali –- napas masuk yang dalam, tahan sebentar dan keluarkan. …

Sekarang, kita mulai dengan visualisasi dan bekerja lebih banyak pada napas-keluar. Terus menjaga napas masuk anda seperti sebelumnya, napas masuk ke dalam daerah sekitar dada dengan pikiran: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Untuk napas keluar, mula-mula bayangkan dalam pikiran anda sosok ayah dan ibu kita – tidak peduli di mana pun mereka berada, dekat atau jauh, masih hidup atau pun sudah meninggal. Bayangkan kedua-duanya sekaligus atau satu per satu -- tergantung mana yang paling mudah dilakukan. Bayangkan mereka berada beberapa meter di depan kita, dan pada saat kita mengeluarkan napas, arahkan pikiran-pikiran simpati dan penerimaan kita terhadap mereka. Jadi, tarik napas dengan pikiran: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK...dan pada saat mengeluarkan napas, dengan membayangkan sosok ayah dan ibu kita: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. … …

Berikutnya: bawa ke dalam pikiran kita, guru-guru spiritual kita, yakni mereka yang telah menolong kita, membimbing kita, mendorong kita dan memberikan petunjuk kepada kita dalam hidup kita. Bersama napas-keluar, dengan sikap perasaan berterima kasih, pikirkan: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. … … Bawa ke dalam pikiran anda sekarang, keluarga kita; suami/istri kita, anak-anak, kakak dan adik kita, bisa sekaligus dalam satu kelompok atau satu per satu. Bersama napas-keluar, dengan perasaan kasih sayang, pikirkan: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. … …

Sekarang bawa ke dalam pikiran anda, teman terdekat kita atau teman-teman yang lain, yang kita rasakan akan mendapatkan manfaat dari pikiran-pikiran simpati kita. Bersama napas-keluar, bawa mereka ke dalam pikiran dan berharap semoga mereka dalam keadaan yang baik; suatu rengkuhan yang lembut, suatu sikap penuh kasih sayang. ......

Tarik napas ke daerah sekitar dada: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Keluarkan napas dari daerah sekitar dada: SEMOGA MEREKA DALAM KONDISI YANG BAIK. Bawa ke dalam pikiran anda sekarang, mereka yang berlatih bersama-sama kita, mereka berada di sekitar kita; arahkan pikiran kita keluar, melingkupi mereka semua: SEMOGA MEREKA SEMUA DALAM KONDISI YANG BAIK DAN DAMAI. … …

Sekarang bawa ke dalam pikiran, bentuk Bumi kita seperti kita melihatnya dari luar angkasa. Arahkan pada objek yang penuh warna-warni tersebut, pikiran-pikiran kita: SEMOGA SEMUA MAKHLUK DALAM KONDISI YANG BAIK. Keluarkan napas: SEMOGA SEMUA MAKHLUK DALAM KONDISI YANG BAIK. ……

Dan sekarang bawa ke dalam pikiran kita, suatu bentuk dari kekosongan yang luas dan tak terbatas. Arahkan pikiran kita ke ruang yang tak terbatas itu: SEMOGA SEMUA MAKHLUK DALAM KONDISI YANG BAIK. Biarkan pikiran anda terbuka luas; biarkan hati anda terbuka seluas-luasnya. Tiada lagi batasan antara tubuh anda dengan alam semesta –- tiada batasan – luas – menembus ruang dan waktu. …

Sekarang dengan hati-hati, dengan sedikit lebih memfokus, bawa kembali perhatian kita ke arah daerah di sekitar dada, suatu titik di tengah-tengah dada kita. Tarik napas dengan halus dan dalam serta munculkan pikiran: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Tahan sebentar... biarkan pikiran, sebagai perasaan yang simpati tersebut, menyebar ke seluruh tubuh, memberikan energi dan menyegarkan kita. Kemudian dengan perlahan dan halus, keluarkan napas melalui daerah sekitar dada. Lakukan hal yang sama satu atau dua kali – tarik napas yang dalam, tahan sebentar dan keluarkan. ……

Sekarang bawa ke dalam pikiran, seseorang yang pernah anda sakiti, baik secara disengaja ataupun tidak, yang masih hidup maupun yang sudah meninggal... dan dengan menyebut nama orang itu, katakan: MAAFKANLAH SAYA... Ingat kembali mereka yang pernah anda sakiti... sebut nama mereka dan katakan: MAAFKANLAH SAYA.

Berikan perhatian yang dalam pada daerah sekitar dada. Biarkan ia tetap terbuka... dan sekarang bawa ke dalam pikiran anda, seseorang yang pernah menyakiti anda. Sebut nama orang itu dan katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU... Bawa ke dalam pikiran seseorang yang menyakiti anda, sebut nama orang itu dan katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU.

Sekarang dengan menyebut nama kita sendiri, katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU... Dengan menyebut nama kita sendiri, katakan: SAYA MEMAAFKAN KAMU... dan... KAMU SAYA MAAFKAN... KAMU SAYA MAAFKAN.

Menyatulah dengan perasaan-perasaan kasih sayang itu. Bawa perasaan-perasaan itu ke dalam hati anda; rangkul mereka dengan lembut... Sekarang dengan hati-hati, kembalilah ke napas –- energi napas masuk ke dalam daerah sekitar dada: SEMOGA SAYA DALAM KONDISI YANG BAIK. Resapi dan penuhi diri anda dengan perasaan tersebut. Kemudian keluarkan napas melalui daerah sekitar dada: SEMOGA ORANG LAIN JUGA DALAM KONDISI YANG BAIK.

Begitu sederhana –- menarik napas, menyatu dengan energi. Mengeluarkan napas, mendoakan agar semua orang selalu dalam kondisi yang baik. Mengeluarkan napas untuk semua orang. ...

Sumber: SEEING THE WAY, Buddhist Reflections on the Spiritual Life, An anthology of teachings by English-speaking disciples of Ajahn Chah.
Alih bahasa: Junarto Mintaredja.

APA KATA PARA GURU MEDITASI ?


APA KATA PARA GURU MEDITASI ?


Oleh: Ven. Visuddhacara
Diterjemahkan oleh Hudoyo Hupodio
Pada umumnya para guru meditasi Buddhis yang terkenal dan berpengalaman
sepakat bahwa jhana tidak diperlukan atau tidak merupakan syarat pendahulu bagi meditasi vipassana. Misalnya, dalam buku “Living Buddhist Masters” (dulu diterbitkan oleh Buddhist Publication Society, Sri Lanka, dan sesudah itu dengan judul baru, “Living Dharma”, diterbitkan oleh penerbit Shambala) karya Jack Kornfield, dari ke-12 guru yang ditampilkan di sana, semuanya menyatakan dengan jelas atau mengisyaratkan bahwa orang dapat melakukan vipassana tanpa memupuk jhana sedikit pun.

Beberapa di antara mereka mengajarkan vipassana dengan bertumpu pada khanika-samadhi atau ‘konsentrasi-mendekat’ (upacara-samadhi). Yang lain mengajarkan baik samatha (ketenangan), jhana (absorpsi) dan vipassana, tetapi menekankan bahwa orang tidak perlu jhana untuk melakukan vipassana. Para pemeditasi dapat pindah ke vipassana setelah mencapai tingkat konsentrasi yang cukup untuk mengatasi kelima ‘rintangan batin’. Lebih jauh lagi, kebanyakan dari mereka memperingatkan agar orang tidak melekat atau berhenti di dalam jhana dan menekankan perlunya melakukan vipassana.

Beberapa di antara guru meditasi ini telah menjadi bhikkhu sejak masa remaja mereka dan bukan hanya mahir di dalam meditasi tetapi juga di dalam pengetahuan kitab suci. Mereka telah mempelajari Tipitaka, Kitab-kitab Komentar dan Kitab-kitab Subkomentar dalam bahasa aslinya, Pali, dan dengan demikian berbicara berdasarkan otoritas dari kitab suci maupun praktik dan pengalaman pribadi. Beberapa dari mereka telah berlatih di hutan-hutan selama bertahun-tahun dan menguasai baik samatha maupun vipassana.


AJAHN CHAH

Guru meditasi terkenal, Ajahn Chah, ditanya pada suatu sesi Tanya-Jawab:

“Apakah perlu untuk mampu masuk ke dalam absorpsi [jhana] dalam latihan kita?”

Jawab Guru: “Tidak, absorpsi(1) tidak diperlukan. Anda perlu mencapai suatu tingkat ketenangan dan pemusatan batin yang sekadar cukup. Lalu gunakan itu untuk mengamati diri sendiri. Tidak diperlukan sesuatu yang istimewa. Jika absorpsi muncul dalam latihan Anda, itu juga baik. Tapi jangan melekat kepadanya. Beberapa orang asyik dengan absorpsi. Itu bisa menjadi permainan yang amat menyenangkan. Anda harus tahu batas-batas yang semestinya. Jika Anda arif, Anda akan tahu kegunaan dan keterbatasan absorpsi, seperti Anda tahu keterbatasan anak kecil dibandingkan orang dewasa.”

Ajahn Chah, yang terkenal di kalangan pemeditasi vipassana di Timur maupun Barat, berbicara terutama berdasarkan otoritas pengalaman beliau; beliau telah menjadi bhikkhu sejak usia remaja dan pernah bermeditasi bertahun-tahun di hutan-hutan Thailand. Pada dewasa ini terdapat lebih dari 100 vihara yang merupakan cabang dari vihara pusat Ajahn Chah, Wat Nong Pah Pong, di Thailand. Sebagai tambahan, para murid beliau juga mendirikan pusat-pusat meditasi di berbagai bagian dunia.



AJAHN DHAMMADARO


Seorang guru meditasi Thai, yang pernah berlatih dalam beberapa teknik meditasi, tetapi lebih menyukai vipassana langsung berdasarkan ‘konsentrasi saat-demi-saat’ (khanika-samadhi) adalah Ajahn Dhammadaro.

Beliau pernah ditanya: “Sang Buddha bicara tentang perlunya mengembangkan perhatian-penuh (mindfulness) dan konsentrasi. Dapatkah Anda bicara lebih dalam tentang konsentrasi?”

Jawaban beliau: “Ada tiga jenis konsentrasi yang dikembangkan dalam meditasi. Dua di antaranya dikembangkan di jalan absorpsi (jhana), yakni:

‘konsentrasi-mendekat’ (upacara-samadhi) dan ‘konsentrasi-penuh’ (appana-samadhi, jhana). Keduanya dicapai dengan memusatkan perhatian pada satu obyek meditasi. Termasuk meditasi jenis itu ialah visualisasi dari wujud-wujud atau warna-warna tertentu, atau memusatkan perhatian pada perasaan tertentu, seperti cinta kasih (metta). Bila ‘konsentrasi-mendekat’ dan ‘konsentrasi-penuh’ (jhana) sudah tercapai, muncullah kenikmatan dan ketenangan; pemeditasi terserap sepenuhnya dalam obyek meditasinya, dan tiada ‘rintangan batin’ dapat mengganggunya.

Penghentian kotoran batin yang bersifat sementara ini hanya berlangsung selama pemeditasi memusatkan perhatian pada obyek meditasinya. Begitu batin meninggalkan keterserapannya di dalam obyek, maka kenikmatan pun lenyap dan batin dirongrong lagi oleh arus kotoran batin. Sebagai tambahan, ada bahaya dari konsentrasi yang memusat ini. Oleh karena tidak menghasilkan kearifan, keadaan itu dapat membawa pada kelekatan terhadap kenikmatan batin atau bahkan penyalahgunaan kekuatan-kekuatan konsentrasi, dan dengan demikian malah menambah kotoran batin.

“Jenis konsentrasi ketiga di dalam Jalan Suci Berunsur Delapan dinamakan ‘konsentrasi benar’ atau ‘konsentrasi sempurna’. Konsentrasi ini dikembangkan atas dasar saat-demi-saat dalam meditasi pencerahan (vipassana). Hanya konsentrasi saat-demi-saat mengikuti jalan perhatian-penuhlah yang dapat menuntun pada musnahnya kotoran batin.

Konsentrasi ini tidak dikembangkan dengan memusatkan batin pada satu obyek tanpa-bergerak, melainkan dengan sadar sepenuhnya terhadap sensasi tubuh, perasaan, kesadaran dan bentuk-bentuk batin. Bila telah berkembang semestinya di dalam tubuh dan batin, konsentrasi saat-demi-saat membawa pada berakhirnya kelahiran yang berulang-ulang. Melalui konsentrasi ini, kita mengembangkan kemampuan melihat jelas kelima kelompok yakni tubuh, perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk batin dan kesadaran, yang membentuk apa yang secara konvensional disebut ‘manusia’.”

Terhadap pertanyaan lain, “Maukah Bhante menjelaskan lebih lanjut bagaimana mengembangkan konsentrasi saat-demi-saat?”,
 Ajahn Dhammadaro menjawab: “Ada dua poin penting yang perlu dikemukakan. Pertama, pencerahan perlu dikembangkan melalui perasaan (vedana) yang timbul melalui kontak pada setiap pintu indra. Kelompok ‘tubuh’ adalah dasar untuk mengembangkan konsentrasi saat-demi-saat yang menghasilkan kearifan. Oleh karena itu, kita harus sadar sepenuhnya akan sensasi atau perasaan yang muncul dari kontak pada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh/kulit dan batin/ingatan sebagai landasannya.

“Poin kedua yang penting adalah bahwa kontinuitas adalah rahasia keberhasilan dalam meditasi. Pemeditasi harus berupaya untuk tetap sadar siang dan malam, setiap saat, dan dengan demikian dengan cepat mengembangkan konsentrasi dan kearifan.
Sang Buddha sendiri menyatakan bahwa jika pemeditasi benar-benar sadar dari saat ke saat selama tujuh
hari, ia akan mencapai pencerahan penuh. Oleh karena itu, esensi meditasi pencerahan adalah perhatian-penuh saat-demi-saat terus-menerus terhadap sensasi yang muncul dari kontak pada keenam landasan indra.”

Tekanan dan metode Ajahn Dhammadaro mirip dengan Mahasi Sayadaw; keduanya menekankan perhatian-penuh saat-demi-saat, siang malam, selama retret untuk memperoleh hasil terbaik. Sesungguhnya semua guru meditasi pada umumnya menekankan untuk mempertahankan perhatian-penuh terus-menerus, kecuali beberapa di antara mereka tidak memiliki jadwal meditasi yang intensif, melainkan meminta pemeditasi untuk mengerjakan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari yang normal disertai perhatian-penuh, seperti menyapu, menimba air dan membelah kayu. Mereka juga membolehkan membaca, belajar dan bercakap-cakap sedikit.



AJAHN JUMNIEN

Seorang guru meditasi Thai lain, Ajahn Jumnien, yang berpandangan bahwa orang jangan melekat pada satu metode saja, melainkan mengakui validitas dari semua metode, entah samatha entah vipassana murni, sangat melegakan dan merupakan peringatan yang baik agar kita memiliki pandangan yang luas. Ajahn Jumnien tentu tahu, oleh karena beliau sendiri telah memraktikkan baik teknik samatha maupun vipassana. Beliau berkata, “Saya mujur. Saya menguasai praktik dari banyak guru meditasi sebelum saya mulai mengajar. Ada banyak praktik yang baik. Yang penting ialah bahwa Anda menekuni praktik Anda sendiri dengan yakin dan penuh energi. Kelak Anda akan tahu sendiri hasilnya.”


Ketika ditanya, jenis meditasi apakah yang diajarkannya di pusat meditasinya di Thailand selatan, Ajahn Jumnien menjawab: “Di sini Anda akan menjumpai orang berlatih banyak teknik meditasi. Sang Buddha menguraikan lebih dari empat puluh jenis meditasi bagi para siswa beliau. Tidak semua orang mempunyai latar belakang yang sama, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama. Saya tidak mengajarkan hanya satu jenis meditasi saja, melainkan banyak jenis, dengan memilih jenis yang cocok bagi setiap siswa. Di sini ada yang melatih meditasi pernapasan. Yang lain bermeditasi dengan mengamati sensasi pada tubuh. Ada yang bermeditasi pada cinta kasih. Bagi orang lain yang datang, saya mengajarkan permulaan latihan pencerahan (vipassana); dan untuk orang lain saya mengajarkan metode konsentrasi yang kelak akan membawa mereka pada latihan pencerahan (vipassana) dan kearifan yang lebih tinggi.”

Namun, tampaknya Ajahn Jumnien lebih menyukai metode vipassana langsung, yakni langsung mulai dengan vipassana tanpa mengembangkan samatha-jhana. Beliau adalah murid Ajahn Dhammadaro, yang menyukai ‘khanika-samadhi’ (konsentrasi saat-demi-saat), yakni konsentrasi yang perlu dikembangkan oleh setiap pemeditasi vipassana langsung. Ketika ditanya: “Apakah biasanya Bhante mulai membimbing siswa Bhante langsung dengan meditasi vipassana atau dengan praktik konsentrasi?”, Ajahn Jumnien menjawab: “Paling sering mereka mulai dengan praktik vipassana. Namun, kadang-kadang saya mengajarkan praktik konsentrasi (jhana) dulu, terutama jika mereka pernah mempunyai pengalaman meditasi sebelumnya, atau jika batin mereka cenderung dengan mudah mencapai konsentrasi. Yang paling penting akhirnya semua orang harus kembali ke praktik vipassana.”



AJAHN BUDDHADASA



Ajahn Buddhadasa yang terkenal dari vihara Suan Mokh di Thailand selatan juga membolehkan orang untuk memintasi jhana dan melatih vipassana setelah mencapai tingkat konsentrasi yang cukup untuk mengatasi kelima ‘rintangan batin’. Ajahn Buddhadasa mengajarkan ‘anapanasati’ (meditasi pernapasan)dan menjelaskan ke-16 langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan jhana dan vipassana. Tetapi beliau juga membolehkan orang untuk memintasi jhana dan melatih dua saja dari ke-16 langkah itu. Dalam buku beliau, “Anapanasati — Perhatian Penuh dengan Pernapasan” halaman 116, Ajahn Buddhadasa berkata: “Jika ada orang merasa bahwa keenam belas langkah ini terlalu banyak, itu boleh-boleh saja. Ke-16 langkah itu bisa diringkas menjadi dua langkah saja.

Pertama — latihlah citta (batin) untuk berkonsentrasi secara memadai dan semestinya. Kedua — dengan samadhi itu pindahlah untuk langsung mengamati ketidakkekalan (aniccam), keadaan tak-memuaskan (dukkham) dan tanpa-aku (anatta). Dua langkah ini saja, jika dilakukan bersama setiap tarikan dan hembusan napas, dapat dianggap sebagai anapanasati juga. Jika Anda tidak suka akan latihan 16 langkah itu, atau menganggap bahwa itu terlalu teoretis,atau terlalu banyak untuk dipelajari, atau terlalu mendetail, ambillah saja dua langkah ini. Pusatkan batin dengan berkonsentrasi pada pernapasan. Bila Anda merasa samadhi (konsentrasi) sudah cukup kuat, selidikilah segala sesuatu yang Anda ketahui dan alami, sehingga Anda sadar betapa semua itu tidak kekal, betapa semua itu tidak memuaskan, dan betapa semua itu tanpa-ruh; ini saja sudah cukup untuk mencapai hasil yang diinginkan, yakni tinggalkan! lepaskan! jangan melekat! Akhirnya, perhatikan berakhirnya kilesa (kotoran batin) dan berakhirnya kelekatan bila aniccam-dukkham-anatta terlihat sepenuhnya. Demikianlah, Anda dapat mengambil jalan pintas ini jika mau.”

Di bagian lain dari buku beliau (hal. 124), di mana beliau lagi-lagi memberi pilihan kepada para pemeditasi untuk memintasi pengembangan jhana, beliau berkata: “Kita akan mulai berbicara bagi mereka yang tidak suka ‘banyak’. Dengan istilah ‘banyak’ tampaknya mereka maksudkan terlalu banyak atau surplus. Nah, surplus itu tidak perlu. Kita akan mengambil hanya yang cukup saja bagi orang kebanyakan, yang kita namakan ‘metode jalan pintas’. Intisari dari metode ini ialah memusatkan batin secara memadai, cukup sampai di situ saja, yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Lalu gunakan batin yang sudah memusat itu untuk mengamati aniccam-dukkham-anatta, ketiga sifat eksistensi, sampai tercapai ‘su~n~nata’ (kekosongan) dan ‘tathata’ (hakikat yang ada). Dengan latihan ini mereka akan memperoleh manfaat samadhi juga. Mereka akan memperoleh hasil lenyapnya dukkha yang sepenuhnya sama, tetapi tidak ada sifat-sifat istimewa lain sebagai tambahan dari itu.

Kemampuan-kemampuan istimewa seperti itu juga tidak dibutuhkan. Jadi buatlah batin terpusat secara cukup, lalu selidiki ‘aniccam-dukkham-anatta’. Latihlah saja kelompok-empat pertama dari Anapanasati secara cukup, lalu kelompok-empat keempat secara cukup. [Ke-16 langkah dalam Anapanasati-sutta dikelompokkan menjadi empat kelompok-empat (tetrad)./hudoyo] Itu saja! Cukup dan tidak banyak, juga tidak lengkap, tetapi sudah cukup bagus. Inilah jalan pintas bagai orang biasa.”
Ajahn Buddhadasa sendiri telah menyatakan dengan sangat jelas. Suatu taraf konsentrasi yang cukup saja yang diperlukan, dan jhana sama sekali tidak dibutuhkan.



AJAHN NAEB

Guru meditasi perempuan Thai, Ajahn Naeb, juga mengajarkan metode vipassana langsung, menekankan perhatian-penuh dalam keempat posisi tubuh: duduk, berdiri, berjalan dan berbaring, serta pada setiap kegiatan sehari-hari, siang malam. Perlu adanya pengamatan tajam terhadap semua proses batin dan jasmani. Tidak diperlukan meditasi samatha (ketenangan, konsentrasi) khusus, oleh karena konsentrasi akan berkembang mencapai tingkat yang kuat dan diperlukan sementara orang melatlih vipassana langsung dengan mengamati semua proses batin dan jasmani tanpa jeda sepanjang siang dan malam.

KHANIKA SAMADHI: KONSENTRASI SAAT-DEMI-SAAT

Di sini ada baiknya untuk kita bahas jenis konsentrasi apa yang dikembangkan oleh seorang pemeditasi Vipassana murni. Pemeditasi Vipassana menggunakan KHANIKA-SAMADHI (konsentrasi saat-demi-saat) yang tercapai dengan mengamati obyek-obyek vipassana, yakni mengamati berbagai fenomena mental dan fisik yang terjadi di dalam batin dan tubuh. Disebut ‘khanika’ (saat-demi-saat) oleh karena hanya terjadi pada saat pengamatan, dan dalam hal vipassana, bukan pada satu obyek seperti dalam meditasi samatha-jhana, melainkan pada obyek-obyek atau fenomena yang selalu berubah yang terjadi dalam batin dan tubuh. Tetapi ketika pemeditasi vipassana mengembangkan kekuatan dan ketrampilan dalam mengamati, konsentrasi ‘khanika’-nya berlangsung tanpa terputus dalam rangkaian tanpa-jeda. Konsentrasi ini, bila terjadi dari saat ke saat tanpa jeda, menjadi begitu kuat sehingga dapat mengalahkan kelima ‘rintangan batin’, dan dengan demikian menghasilkan penyucian batin (citta visuddhi), yang memungkinkan pemeditasi mencapai semua pencerahan vipassana (vipassana-~nyana) sampai ke tingkat arahat. Pemeditasi vipassana murni dapat memahami dan menghargai kekuatan khanika-samadhi. Ketika pengamatannya menjadi lancar, mereka bisa melihat sendiri betapa pengamatan berjalan sendiri tanpa terputus tanpa jeda. Pengamatan itu tampak berjalan dengan tenaganya sendiri tanpa pemeditasi mengerahkan upaya yang disengaja atau yang terpusat. Maka tidak langka bagi pemeditasi untuk duduk satu jam, atau bahkan beberapa jam, terserap dalam pengamatan. Dalam pengamatan yang baik, terutama dalam pencerahan tentang keseimbangan (sankhara-upekkha-~nana), batin diam pada obyek-obyeknya dan tidak mau menyimpang. Bahkan jika kita menghendaki batin menyeleweng, ia menolak pergi dan tetap tinggal bersama obyek vipassana yang tengah diamatinya. Ada kasus-kasus di mana pemeditasi mampu duduk selama enam atau tujuh jam terus-menerus, atau lebih lama lagi. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa ada kekuatan tertentu dalam ‘khanika-samadhi’; jika tidak, bagaimana mungkin pemeditasi bisa duduk dengan konsentrasi kuat untuk waktu begitu lama.


Demikianlah, para pemeditasi atau calon-pemeditasi hendaknya tidak menganggap ‘khanika-samadhi’ sebagai lemah dan tidak efektif. Memang, ia lemah sebelum berkembang, tetapi bila telah lancar, ia menjadi begitu kuat sehingga mampu mengatasi ‘rintangan batin’. Bahkan, dalam menekankan kekuatan potensial dari ‘khanika-samadhi’, kitab Paramattha-manjusa, Subkomentar terhadap Visuddhi-magga, menyatakan bahwa konsentrasi saat-demi-saat, bila berlangsung tanpa terputus pada obyeknya, “memancangkan batin tanpa bergerak seolah-olah seperti dalam jhana.”(2)Mengatasi kelima ‘rintangan batin’ adalah semua yang dibutuhkan untuk mengembangkan meditasi vipassana. Bila kelima ‘rintangan batin’ telah diatasi, terjadilah penyucian-batin (citta-visuddhi). Dengan penyucian-batin ini, orang dapat berlatih dan memperoleh seluruh pencerahan vipassana (vipassana-~nana) sampai ke tingkat arahat., sebagaimana ditunjukkan dalam Rathavinita-sutta dari Majjhima Nikaya.

Orang dapat memilih melakukan vipassana melalui tiga jenis konsentrasi:

(1) khanika-samadhi (konsentrasi saat-demi-saat);

(2) upacara-samadhi (konsentrasi mendekat);

(3) appana-samadhi atau jhana (konsentrasi penuh).

Pejalan jhana menggunakan jhana dengan mula-mula mencapai jhana dan kemudian keluar lagi dari jhana untuk melakukan vipassana dengan berkontemplasi pada faktor-faktor mental jhana atau keadaan batin atau proses fisik apa pun yang terjadi dalam batin dan jasmani.
Upacara-samadhi adalah konsentrasi-mendekat atau konsentrasi-akses. Itu adalah konsentrasi yang tercapai ketika orang mengamati obyek samatha (ketenangan) yang tetap untuk mencapai jhana. Jadi, itu adalah konsentrasi yang mendahului tercapainya jhana. Namun, pemeditasi yang menggunakan konsentrasi-akses untuk melakukan vipassana, tidak perlu menunggu untuk mengembangkan atau mencapai jhana. Tanpa mencapai jhana ia mulai berkontemplasi pada obyek-obyek vipassana setelah ia mencapai tingkat konsentrasi-akses.
Khanika-samadhi (konsentrasi saat-demi-saat) digunakan oleh pemeditasi vipassana murni; konsentrasi ini, bila telah berkembang, sama kuatnya dengan upacara-samadhi (konsentrasi-akses). Tetapi secara teknis tidak dinamakan ‘konsentrasi-akses’ karena konsentrasi-akses menggunakan obyek samatha yang tetap sebagai dasar untuk pencapaian jhana. Di pihak lain, konsentrasi-khanika dari pemeditasi vipassana murni memakai obyek-obyek vipassana yang tidak dimaksudkan untuk mencapai jhana. Itulah sebabnya ada perbedaan istilah. Namun, di dalam kitab-kitab Komentar, konsentrasi-khanika dari pemeditasi vipassana kadang-kadang juga disebut konsentrasi-akses. Dalam hal itu, istilah itu adalah istilah “terapan”, artinya itu adalah konsentrasi-akses “nominal”, dan bukan konsentrasi-akses sesungguhnya, oleh karena secara teknis konsentrasi-akses menggunakan obyek samatha yang tetap.(3) Kami menjelaskan topik konsentrasi saat-demi-saat secara mendetail di sini bagi para pemeditasi yang cenderung berpikir dari sisi kesarjanaan. Pada umumnya, kebanyakan pemeditasi tidak mau pusing dengan uraian yang begitu mendetail.


VEN. SRI ~NANARAMA MAHATHERA

Penjelasan yang kami berikan di atas sejalan dengan penjelasan para guru meditasi seperti Mahasi Sayadaw dari Myanmar dan Ven. Matara Sri ~Nanarama Mahathera dari Sri Lanka. Para bhikkhu itu memiliki baik pengalaman praktik maupun kesarjanaan yang kuat. Misalnya, Ven. ~Nanarama, adalah kepala Mitirigala Nissara Vanaya, sebuah vihara meditasi yang ketat di Sri Lanka. Beliau mahir dalam bahasa Pali dan Sanskrit. Sejak tahun 1951, beliau telah menjadi upajjhaya (penahbis) dan guru dari Sri Kalyani Yogashramiya Samstha, sebuah organisasi guru meditasi yang didirikan oleh Ven. K. Sri Jinavamsa Mahathera. Organisasi ini mempunyai lebih dari lima puluh cabang pusat meditasi di Sri Lanka.

Ven. ~Nanarama Mahathera mengajarkan bukan hanya vipassana murni tetapi juga meditasi samatha (ketenangan). Dalam bukunya, “Tujuh Tahap Penyucian dan Pencerahan Vipassana” yang diterbitkan oleh Buddhist Publication Society di Sri Lanka, Ven. ~Nanarama menjelaskan baik metode samatha maupun metode vipassana murni, sesuai dengan pengalaman beliau pribadi dan sejalan dengan kitab suci Pali dan kitab-kitab Komentar. Di dalam menjelaskan ketiga jenis konsentrasi, beliau menyatakan:

“Ada tiga jenis konsentrasi yang memenuhi syarat sebagai Penyucian Batin:
(1) konsentrasi-akses (upacara-samadhi)
 (2) konsentrasi-penuh atau

konsentrasi-absorpsi (appana-samadhi atau jhana); dan konsentrasi
saat-demi-saat (khanika-samadhi). Dua konsentrasi yang pertama tercapai
melalui jalan ketenangan (samatha), sedangkan konsentrasi terakhir tercapai melalui jalan pencerahan (vipassana). Konsentrasi saat-demi-saat mempunyai kekuatan yang sama untuk pemusatan batin seperti konsentrasi-akses. Oleh karena … menekan kelima ‘rintangan batin’, konsentrasi itu membantu pencapaian pencerahan-vipassana. Namun, oleh karena tidak dimaksudkan sebagai landasan bagi jhana, konsentrasi itu tidak disebut konsentrasi-akses.”

(Di Sri Lanka, sekitar 40 tahun lalu, ada tiga bhikkhu mengritik metode vipassana murni yang diajarkan oleh Mahasi Sayadaw. Setelah itu, salah satu dari mereka, dalam sebuah artikel dalam majalah World Buddhism pada tahun 1966, lagi-lagi mengritik metode itu dan menyatakan bahwa jhana diperlukan untuk vipassana. Sayadaw U Nyanuttara dari Myanmar menulis serangkaian jawaban, di mana dijelaskan kedudukan konsentrasi saat-demi-saat (khanika) dan dijelaskan mengapa jhana tidak diperlukan berdasarkan bukti-bukti kitab suci dan kitab komentar. Belakangan, Organisasi Mahasi menerbitkan baik kritik dan jawaban itu dalam sebuah buku yang dapat dibaca oleh generasi mendatang.)

Catatan kaki:
(1) ‘Absorpsi’ di sini mengacu pada jhana.
(2) Lihat catatan kaki dalam buku Ven. ~Nanamoli, “Path of Purification (Visuddhi-magga)”, hal. 311.
(3) Perbedaan istilah yang “halus” ini telah dijelaskan oleh Sayadaw U
~Nyanuttara dalam buku beliau, “Satipattana-Vipasssana Meditation: Criticism and Replies”.
Ven. Visuddhacara adalah seorang bhikkhu Buddhis Malaysia. Pada saat ini beliau tinggal di Penang. Buku-buku beliau yang sudah terbit termasuk “Curbing Anger Spreading Love”, “Drinking Tea Living Life”, dan “Love and Dying”.

KOMENTAR:

Di kalangan guru meditasi vipassana pada dewasa ini terdapat dua aliran tentang perlu-tidaknya jhana (sekurang-kurangnya jhana pertama) dicapai lebih dulu sebelum orang melakukan vipassana untuk mencapai pembebasan:

(1) Yang mengatakan bahwa jhana tidak diperlukan untuk pembebasan termasuk Mahasi Sayadaw, Ajahn Chah, Buddhadasa Mahathera, dan guru-guru lain yang ditampilkan dalam artikel di atas. Juga SN Goenka termasuk aliran ini.

(2) Yang mengatakan bahwa jhana mutlak diperlukan untuk pembebasan termasuk Henepola Gunaratana, Brahmavamso dan Thanissaro.

Pada umumnya, aliran #1 berpegang pada tradisi vipassana Theravada yang
dipaparkan secara rinci di dalam kitab Visuddhi-magga (yang ditulis pada abad 5 M dan tidak termasuk dalam Kanon Pali). Namun mereka pun dapat menunjukkan sutta-sutta tertentu di dalam Sutta Pitaka di mana jhana tidak disebut-sebut dalam proses perjalanan mencapai pembebasan.
Di lain pihak, aliran #2 berpegang pada banyak sutta di dalam Sutta Pitaka yang menampilkan jhana sebagai ‘pencapaian antara’ di dalam jalan menuju pembebasan. Aliran ini mau tidak mau harus mengesampingkan otoritas Visuddhi-magga, karena kitab itu secara eksplisit menyatakan bahwa jhana tidak diperlukan, sekalipun tidak salah pula untuk dicapai.
Di dalam kontroversi ini kiranya tidak ada gunanya mempermasalahkan mana yang benar di antara kedua pendapat itu. Soalnya setiap pemeditasi pasti memperoleh hasil sesuai dengan jalan yang dilaluinya, sehingga siapa pun tidak mungkin dapat mengklaim bahwa jalan orang lain salah.
Di dalam Sutta Pitaka sendiri ada beberapa petunjuk bahwa kontroversi ini sudah ada sejak zaman Sang Buddha sendiri. Antara lain adanya dua istilah yang setara, yakni ‘ceto-vimutti’ (pembebasan melalui batin/jhana) dan ‘pa~n~na-vimutti’ (pembebasan melalui kearifan/vipassana), yang banyak ditemukan dalam berbagai sutta.
Dalam salah satu sutta, Sang Buddha pernah ditanya oleh para bhikkhu,
mengapa sampai ada kedua istilah itu? Beliau menjawab, “Itu disebabkan
adanya perbedaan dalam kemampuan batin manusia.” (Saya menafsirkan jawaban Sang Buddha itu mengacu pada adanya pemeditasi yang mampu dengan mudah mencapai jhana dan ada yang tidak, tapi beliau tidak menyatakan bahwa hanya satu jalan saja yang benar.)
Analisis yang pernah saya lakukan terhadap Culasaropama-sutta juga
mengisyaratkan adanya persaingan antara kedua aliran meditasi ini di dalam sutta itu.
Kalau kita mempelajari sutta-sutta yang berisi uraian Sang Buddha tentang jalan pembebasan, ternyata beliau tidak mengajarkan satu jalan yang baku dan seragam.
Di satu sutta beliau mengajarkan bahwa pembebasan tercapai melalui keadaan ‘sa~n~na-vedayita-nirodha” (berhentinya pencerapan dan perasaan), yang adalah lebih tinggi daripada jhana kedelapan.
Di sutta lain, beliau mengajarkan bahwa pembebasan tercapai melalui
kesaktian keenam, yang disebut “asava-kkhaya-abhi~n~na” (kesaktian tentang berakhirnya arus kotoran batin), yang dikembangkan setelah pemeditasi mencapai jhana keempat.
Di sutta lain lagi, beliau mengajarkan bahwa pembebasan tercapai melalui vipassana setelah pemeditasi mencapai jhana pertama lebih dulu.
Di sutta lain lain, beliau mengajarkan bahwa pembebasan tercapai melalui vipassana murni tanpa menyebut-nyebut jhana.
Demikianlah, tampaknya Sang Buddha mengajarkan berbagai jalan meditasi bagi berbagai bhikkhu/orang yang berbeda kecenderungan dan kemampuan batinnya.
Jadi, sekali lagi, tidak ada gunanya mempertentangkan berbagai jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha itu satu sama lain. Biarlah setiap orang menempuh jalan yang sesuai dengan pemahaman dan kemampuan masing-masing.

M E T T A


Imaya   Dhammanudhamma   Patipattiya   B U D D H A M`     pujemi
Imaya   Dhammanudhamma   Patipattiya   D H A M M A M`     pujemi
Imaya   Dhammanudhamma   Patipattiya   S H A N G H A M`   pujemi
Imaya   Dhammanudhamma   Patipattiya   MATAPITARO      pujemi
Imaya   Dhammanudhamma   Patipattiya   A C A R I Y E      pujemi

Syair Cinta Kasih

Aha m`  avero  homi, Abyapajjho  homi,  Anigho  homi,  Sukhi attana m` pariharami
Mama  matapitu,  Acariya  ca  natimitta  ca,  Sabrahma-carino  ca
Avera  hontu,  Abyapajjha  hontu,  Anigha  hontu,  Sukhi  attana m`  pariharantu
Imasmi m`  arame  sabbe  yogino
Avera  hontu,  Abyapajjha  hontu,  Anigha  hontu,  Sukhi  attana m`  pariharantu
Imasmi m`  arame  sabbe  Bhikkhu,  Samanera  ca,  Upasaka-Upasikayo  ca
Avera  hontu,  Abyapajjha  hontu,  Anigha  hontu,  Sukhi  attana m`  pariharantu
Amhaka m`  Catupaccaya-dayaka
Avera  hontu,  Abyapajjha  hontu,  Anigha  hontu,  Sukhi  attana m`  pariharantu
Amhaka m`  arakkha  devata,  Imasmi m`  vihare,  Imasmi m`  avase,  
Imasmi m`  arame  Arakkha devata

Avera  hontu,  Abyapajjha  hontu,  Anigha  hontu,  Sukhi  attana m`  pariharantu
Sabbe satta
Sabbe pana
Sabbe bhuta
Sabbe puggala
Sabbe attabhava-pariyapanna
Sabba Ittiyo
Sabbe purisa
Sabbe ariya
Sabbe anariya
Sabbe deva
Sabbe manussa
Sabbe vinipatika
Avera  hontu,  Abyapajjha  hontu,  Anigha  hontu,  Sukhi  attana m`  pariharantu
Dukkha muccantu, Yatha-laddha-sampattito mavigaccantu Kammassaka
Puratthimaya disaya
Pacchimaya disaya
Uttaraya disaya
Dakkhinaya disaya
Puratthimaya anudisaya
Pacchimaya anudisaya
Uttaraya anudisaya
Dakkhinaya anudisaya
Hetthimaya disaya
Uparimaya disaya
Sabbe satta
Sabbe pana
Sabbe bhuta
Sabbe puggala
Sabbe attabhava-pariyapanna
Sabba Ittiyo
Sabbe purisa
Sabbe ariya
Sabbe anariya
Sabbe deva
Sabbe manussa
Sabbe vinipatika
Avera  hontu,  Abyapajjha  hontu,  Anigha  hontu,  Sukhi  attana m`  pariharantu
Dukkha muccantu, Yatha-laddha-sampattito mavigaccantu Kammassaka
Uddha m`  yava  bhavagga  ca,  adho  yava  avicito,  samanta  cakkavalesu
Ye satta pathavicara, abyapajjha nivera ca, nidukkha ca nupaddava
Uddha m`  yava  bhavagga  ca,  adho  yava  avicito,  samanta  cakkavalesu
Ye satta udakecara, abyapajjha nivera ca, nidukkha ca nupaddava
Uddha m`  yava  bhavagga  ca,  adho  yava  avicito,  samanta  cakkavalesu
Ye satta akasecara, abyapajjha nivera ca, nidukkha ca nupaddava
Addha  imaya  patipadaya,  jaramaranamha  parimuccissami
Ida m`  me  punnam,  asavakhayavaham  hotu
Ida m`  me  punnam,  magga-phala-nanassa  paccayo  hotu
Ida m`  me  punnam,  nibbanassa  paccayo  hotu


BERBAGI JASA KEBAJIKAN

Ima m` -no  punna-bhaggam`
mata-pitunanca
acariyananca
sabba sattananca
sabba mittananca
sabba natinanca
sabba petananca
sabba devatananca,
Bhajema...
Sadhu, sadhu, sadhu


penutup
Sasanassa  ca  lokassa,  Vuddhi  bhavatu  sabbada,
Sasana m`  pi  ca  lokan  ca,  Deva  rakkhantu  sabbada.
dibaca 3x
Sadhu, Sadhu, Sadhu.

Avatamsaka sutra


Avatamsaka sutra

Pada saat itu, Bodhisattva Mahasattva Samanthabadra setelah memuji pahala serta kebajikan Tathagata yang demikian besar dan banyak, bersabda kepada para Bodhisattva serta seorang pemuda suci (Kumara ) bernama Sudhana :
“ Putra yang berbudi, ketahuilah, jasa-jasa yang dimiliki para Tathagata sungguh banyak sekali. Apabila semua Buddha di sepuluh penjuru menceritakannya terus menerus selama kalpa yang tak terhitung bagaikan titik debu di tanah Buddha yang tak terbilang tanpa berhenti, pahala dan kebajikan itupun tak dapat diungkapkan seluruhnya. Bagi mereka yang ingin menyempurnakan jalan menuju pahala dan kebajikan tersebut haruslah berlatih dengan tekun dalam 10 pelaksanaan prilaku dan ikrar (Samanthabadra) yang luas dan besar.
"Apakah yang disebut 10 perilaku dan ikrar itu?
1. Memuja dan menghormati semua Buddha;
2. Memuji pahala dan kebajikan para Tahagata;
3. Memberikan persembahan kepada para Tathagata;
4. Menyesalkan sedalam-dalamnya atas segala kesalahan dan dosa yang menyebabkan rintangan karma dan bertobat;
5. Mengikuti dan bergembira atas segala pahala dan kebajikan; (apapun yang dilakukan mahluk hidup)
6. Memohon para Buddha memutar Roda-Dharma;
7. Memohon para Buddha berdiam di dunia (guna menyelamatkan mahluk hidup);
8. Selalu menuntut ajaran Buddha dengan tekun;
9. Selalu menyesuaikan diri dan mengabi kepada mahluk hidup;
10. Menyalurkan semua jasa (dari pahal kebajikan) yang diperoleh segala mahluk.
Inilah yang disebut Dasa Samanthabadra Carya Pranidhanam atau 10 Pelaksanaan
Cita-cita Bhadra yang senantiasa dipraktekkan oleh para Ariya, para Bodhisattva;.

Setelah mendengar uraian Bodhisattva Samanthabadra, pemuda Sudhana bertanya: “Maha Ariya terhormat , apakah yang dimaksud dengan “memuja dan menghormati semua Buddha … sampai menyalurkan semua jasa yang diperoleh kepada segala makhluk’?”.

IKRAR PERTAMA
MEMUJA DAN MENGHORMATI SEMUA BUDDHA

Bodhisattva Samanthabadra bersabda kepada pemuda Sudhana : “Putra yang berbudi, ‘memuja dan menghormati semua Buddha’ itu dapat dijelaskan sebagai berikut : Semua Buddha, Tathagata, adalah sebanyak titik debu di semua tanah Buddha di 10 penjuru dan 3 masa waktu, sampai dengan akhir dari alam Dharma dan ruang angkasa. Disebabkan oleh kekuatan prilaku dan ikrar Samanthabadra, aku mempunyai keyakinan dan pengertian yang mendalam terhadap mereka, seolah-olah mereka berada di hadapan mataku. Dengan karma tubuh, ucapan, dan pikiran yang murni aku senantiasa memuja dan menghormati mereka. Di setiap dan masing-masing tempat dimana terdapat Buddha, aku mewujudkaan tubuh yang banyaknya bagaikan titik debu di tanah Buddha yang tak terbilang. Setiap dan masing-masing tubuh di mana-mana memuja dan menghormati Buddha yang banyaknya bagaikan titik debu di tanah buddha yang tak terbilang”.

Bilamana alam ruang angkasa telah berakhir, pemujaan dan penghormatanku akan berakhir. Akan tetapi, karena alam ruang angkasa itu tidak pernah berakhir, maka pemujaan dan penghormatanku juga tidak pernah berakhir. Demikian juga, bilamana alam makhluk hidup, karma makhluk hidup, dan penderitaan (klesa) makhluk hidup telah berakhir, pemujaan dan penghormatanku akan berakhir. Akan tetapi, karena alam makhluk hidup, karma makhluk hidup, dan penderitaan makhluk hidup tidak pernah berakhir, maka pemujaan dan penghormatan ku tidak akan berakhir. Hal ini kulakukan terus menerus setiap saat tanpa berhenti. Tubuh, mulut, dan pikiranku tidak pernah merasa letih dan bosan dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini”.

IKRAR KEDUA
MEMUJI PARA TATHAGATA

Selain itu, putra yang berbudi, ‘ memuji para tathagata’ dapat dijelaskan sebagai berikut: Di dalam setiap titik debu di seluruh tanah di 10 pemjuru dan 3 masa waktu, sampai dengan akhir alam Dharma dan alam ruang angkasa, terdapat Buddha yang banyaknya bagaikan titik debu di semua dunia. mAsing-masing dari Buddha ini dikelilingi oleh lautan persamuan Bodhisattva”.

“Dengan pengertianku yang dalam dan luas, aku mengetahui dan, melihat mereka semua. Masing-masing tubuhku menjulurkan lidah yang mengeluarkan kefasihan sempurna melebihi kefasihan bicara dari Sarasvati , dewi kefasihan. Masing-masing lidah mengeluarkan lautan suara yang tidak pernah berakhir. Masing-masing suara memancarkan suatu lautan dari semua kata-kata yang memuji dan mengagungkan lautan segala pahala dan kebajikan para Tathagata. Pujian ini berlangsung terus menerus tanpa berhenti sampai mencapai tepian masa depan. Merambah ke Alam Dharma, suara ini berkumandang dimana-mana”.

“Bilamana alam ruang angkasa telah berakhir, bilamana alam makhluk hidup telah berakhir, bilamana karma makhluk hidup telah berakhir dan bilamana penderitaan makhluk hidup telah berakhir, pada saat itu pujianku akan berakhir. Akan tetapi karena alam ruang angkasa sampai dengan penderitaan makhluk hidup, adalah tidak pernah berakhir, demikian juga pujianku tidak pernah berakhir. Pujian itu berlangsung terus menerus setiap saat tanpa berhenti. Tubuh, mulut dan pikiran-ku tidak pernah merasa letih dan bosan dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini”.

IKRAR KETIGA
MEMBERIKAN PERSEMBAHAN KEPADA PARA TATHAGATA

“Selain itu, putra yang berbudi, ‘memberikan persembahan kepada para ‘Tathagata’ dapat dijelaskan sebagai berikut : dalam setiap titik debu di semua tanah Buddha di 10 penjuru dan 3 masa waktu, sampai dengan akhir dari Alam Dharma dan alam ruang angkasa, terdapat Buddha yang banyaknya bagaikan titik debu halus di semua dunia. Masing- masing Buddha dikelilingi oleh berbagai lautan persamuan Bodhisattva. Dengan kekuatan prilaku dan ikrar Samanthabadra, aku dapat mempercayai dan mengertinya secara mendalam. Aku dapat mengetahui dan melihat mereka semuanya. Kepada masing-masing aku mempersembahkan pemberian yang termulia dan terbagus. Pemberian ini berupa : awan bunga, awan karangan bunga, awan musik surgawi, awan canopy surgawi, awan baju surgawi, segala jenis dupa surgawi, balsam surgawi, dupa bakar, dupa bubuk, dan awan pemberian lainnya seperti ini; masing-masing awan adalah sebesar gunung Semeru, raja segala gunung”.

“Aku memasang segala jenis lampu: lampu mentega, lampu minyak dan lampu dari berbagai minyak wangi. Sumbu dari masing-masing lampu adalah setinggi gunung Semeru; sisi minyak di dalam masing-masing lampu adalah sebanyak isi air di dalam samudra. Dengan segala macam pemberian seperti ini, aku selalu memberikan persembahan”.

Putra yang berbudi, dari segala persembahan, pemberian Dharma adalah yang tertinggi. Hal ini bisa berupa persembahan dengan melatih diri sesuai ajaran (Dharma); persembahan dengan memberi manfaat pada semua makhluk hidup; persembahan mewakili semua makhluk hidup menanggung penderitaan mereka; persembahan mengumpulkan segala akar kebajikan dengan tekun; persembahan tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan Bodhisattva dan persembahan tidak mengingkari pikiran Bodhi”.

“Putra yang berbudi, pahala dan kebajikan yang tak terukur dari memberikan persembahan-persembahan materiil berwujud ini, bila dibandingkan sdengan pahala dan kebajikan dari seberkas pikiran persembahan Dharma, tidak bisa menyamai 1/100 bagian, 1/1000 bagian, 1/100.000 nayuta, seper satu upanishad, atau pun seper satu bagian yang bisa disebutkan untuk perbandingan. Mengapa begitu ? Karena semua Tathagata menghormati Dharma. Melatih diri sesuai dengan ajaran melahirkan semua Buddha. Jika semua Bodhisattva memberikan persembahan Dharma, mereka menyempurnakan permberian persembahan kepada semua Tathagata. Melatih diri dengan cara ini adalah persembahan yang sejati, suatu persembahan yang luas, besar dan tertinggi”.

Bilamana alam ruang angkasa telah berakhir, bilamana alam makhluk hidup telah berakhir, bilamana karma makhluk hidup telah berakhir dan bilamana penderitaan makhluk hidup telah berakhir, pada saat itu pemberian persembahanku akan berakhir. Akan tetapi, karena alam ruang angkasa sampai dengan penderitaan makhluk hidup tidak pernah berakhir, demikian juga pemberian persembahanku tidak pernah berakhir. Setiao saat tanpa berhenti, tubuh, mulut dan pikiranku tidak pernah merasa letih dan bosan melakukan perbuatan-perbuatan ini”.

IKRAR KEEMPAT
MENYESAL ATAS RINTANGAN KARMA DAN BERTOBAT

“Selain itu, putra yang berbudi, ‘menyesal atas rintangan karma dan bertobat’ dapat dijelaskan sebagai berikut: Sang Bodhisattva merenungkan, semenjak kalpa yang tak berawal di masa lalu, aku telah menciptakan segala karma buruk yang tak terhingga banyaknya melalui badan,mulut, dan pikiranku, yang disebabkan oleh keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan. Jika karma buruk ini mempunyai isi dan wujud, semua ruang angkasa tidak dapat memuatnya. Aku sekarang memurnikan ke-3 karma ini sama sekali, dan dihadapan persamuan semua Buddha dan Bodhisattva, di seluruh Alam Dharma di tanah yang banyaknya bagaikan titik debu, dengan sungguh-sungguh aku menyesal dan bertobat atas kesalahanku dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan selalu berdiam di dalam segala pahala dan kebajikan dari mempertahankan sila murni”.

Demikianlah, bilamana alam ruang angkasa telah berakhir, alam makhluk hidup telah berakhir, karma makhluk hidup telah berakhir dan penderitaan makhluk hidup telah berakhir, maka penyesalan dan tobatku akan berakhir. Akan tetapi karena alam ruang angkasa sampai dengan penderitaan makhluk hidup tidak pernah berakhir, demikian juga penyesalan dan tobatku tidak pernah berakhir. Hal ini berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Tubuh, mulut, dan pikiranku tidak pernah merasa letih dan bosan dalam melakukan perbuatan-perbuatanb ini”.


IKRAR KELIMA
MENGIKUTI DAN BERGEMBIRA
DI DALAM PAHALA DAN KEBAJIKAN

“Selain itu, putra yang berbudi, ‘mengikuti dan bergembira di dalam pahala dan kebajikan’ dapat dijelaskan sebagai berikut : Semua Buddha, Tathagata, yang banyaknya bagaikan debu di semua tanah Buddha di 10 penjuru dan 3 masa waktu diseluruh Alam Dharma dan alam ruang angkasa, semenjak mereka pertama kali menumbuhkan tekat untuk mencari kebijaksanaan tertinggi (Bodhicitta), telah berlatih mengumpulkan pahala dengan tekun tanpa mengindahkan tubuh dan nyawa mereka. Mereka melakukannya sepanjang kalpa yang banyaknya bagaikan titik debu di dalam tanah Buddha yang tak terhitung”.

“Dengan cara ini mereka berlatih segala praktek pengingkaran diri yang sulit menyempurnakan pintu berbagai paramita. Mereka memasuki dan berhasil menyelesaikan setiap tahapan bhumi kebijaksanaan Budhisattva dan menenangkan Bodhi tak terlampaui dari semua Buddha. Pada saat Parinirvana mereka, sharira-Nya dibagi dan disebar-luaskan. Aku sepenuhnya mengikuti dan bergembira atas segala akar kebajikan mereka”.
Di samping itu terhadap segala jenis makhluk hidup yang berbeda di dalam keenam alam dan keempat jenis kelahiran di dalam setiap dunia di 10 penjuru, aku juga mengikuti dan bergembira atas pahala dan kebajikan mereka, sekalipun hanya sekecil titik debu. Aku sepenuhnya mengikuti dan bergembira atas pahala dan kebajikan semua Sravaka, Paccekhabuddha, mereka ‘yang masih belajar’dan mereka ‘yang sudah tidak perlu belajar’ di 10 penjuru dan 3 masa waktu. Aku mengikuti dan bergembira atas pahala dan kebajikan yang luas dan besar dari semua Bodhisattva, yang di dalam pencarian Anuttara-Samyak-Sambodhi, berlatih dengan praktek pengingkaran diri yang sulit dan tak terhitung banyaknya.

Demikianlah, sekalipun alam ruang angkasa telah berakhir, alam makhluk hidup telah berakhir, karma makhluk hidup telah berakhir dan penderitaan makhluk hidup telah berakhir, ‘mengikuti dan bergembiraku’ adalah tidak berakhir. Hal itu berlangsung setiap saat tanpa berhenti, tubuh, mulut dan pikiranku tidak pernah merasa letih dan bosan dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini”.


IKRAR KEENAM
MEMINTA PEMUTARAN RODA DHARMA

“Selain itu, putra yang berbudi, ‘ meminbta pemutaran Roda Dharma’ dapat dijelaskan sebagai berikut : di dalam setiap dan masing-masing titik debu di tanah Buddha di 10 penjuru dan 3 masa waktu, di seluruh Alam Dharma dan alam ruang angkasa, terdapat tanah Buddha yang luas dan besar, yang banyaknya bagaikan titik debu di tanah Buddha yang tak terbilang. Di setiap dan masing-masing tanah, setiap saat terdapat Buddha yang sedang mencapai penerangan sempurna dan setara, jumlahnya sebanyak titik debu di tanah Buddha yang tak terbilang. Juga terdapat Bodhisattva yang banyaknya bagaikan lautan mengelilingi setiap Buddha. Dengan menggunakan segala cara bijaksana dari tubuh, mulut dan pikiran, aku dengan sungguh-sungguh dan tekun akan selalu meminta mereka memutar Roda Dharma yang sangat bermanfaat”.

Demikianlah, sekalipun alam ruang angkasa telah berakhir, makhluk hidup telah berakhir, karma makhluk hidup telah berakhir dan penderitaan makhluk hidup telah berakhir, permintaanku agar semua Buddha memutar Roda Dharma yang benar/ tepat adalah tidak pernah berakhir. Hal ini berlangsung terus menerus setiap saat tanpa berhenti. Tubuh, mulut dan pikiranku tidak pernah merasa letih dan bosan dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini”.

IKRAR KETUJUH
MEMINTA PARA BUDDHA BERDIAM DI DUNIA

“Selain itu, putra yang berbudi, ‘meminta para Buddha berdiam di dunia’ dapat dijelaskan sebagai berikut : Semua Buddha,Tathagatha, adalah sebanyak titik debu di semua tanah Buddha di 10 penjuru dan 3 masa waktu yang mencakup seluruh Alam Dharma dan alam ruang angkasa. Sewaktu mereka akan memasuki Parinirvana, bersama para Bodhisattva, para Sravaka, para Pacekkabuddha, mereka ‘yang sedang belajar dan ‘yang sudah tidak perlu belajar’ termasuk semua teman bijaksana (Mitra Kalyana) aku meminta mereka semua agar tidak memasuki Nirvana. Aku meminta agar mereka selalu berdiam di dunia selama kalpa yang lamanya bagaikan titik debu di semua tanah Buddha, guna memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada semua makhluk hidup”.

“Demikianlah, sekalipun alam ruang angkasa telah berakhir, alam makhluk hidup telah berakhir, karma makhluk hidup telah berakhir, permintaanku tidak poernah berakhir. Hal ini berlangsung terus setiap saat tanpa berhenti. Tubuh, mulut dan pikiranku tidak pernah merasa letih dan bosan dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini”.


IKRAR KEDELAPAN
SELALU MENUNTUT AJARAN BUDDHA

“Selain itu, putra yang berbudi, ‘ selalu menuntut ajaran Buddha’ dapat dijelaskan sebagai berikut : aku akan seperti Tathagatha Vairochana dari dunia Saha ini, yang sejak pertama menetapkan pikirannya (untuk mencari Bodhi), tidak pernah meninggalkan ketekunan (Virya). Beliau mengorbankan tubuh dan nyawa yang tak terhitung banyaknya. Beliau mengupas kulitnya untuk dijadikan kertas, membelah tulangnya untuk dijadikan alat tulis, meneteskan darah untuk dijadikan tinta, dan menuliskan sutra yang ditumpuk setinggi gunung semeru”.

“Karena menghargai Dharma, beliau sama sekali tidak menyanyangi tubuh dan nyawanya sendiri. Apalagi yang namanya tahta kerajaan, kota besar, kota kecil, istana, taman ataupun benda material lainnya. Beliau mengerahkan usaha untuk berlatih berbagai praktek pengingkaran diri yang susah dan berat”.

“Beliau mencapai penerangan sempurna di bawah pohon, memanifestasikan berbagai spiritual, menciptakan berbagai transformasi, mewujudkan berbagai tubuh Buddha dan berdiam di dalam berbagai persamuan yang berbeda. Beliau berdiam di tengah persamuan Bodhimandala para Bodhisattva Agung , persamuan Pacekkabuddha. Beliau bediam di tengah persamuan Bodhimandala Raja Pemutar Dharma dan rombongan raja kecil lainya. Beliau berdiam ditengah Bodhimandala kaum Ksatria, Kaum Brahmana, sesepuh dan umat awam, sampai dengan persamuan para dewa, naga dan ke – 8 kelompok makhluk spiritual lainnya, dan manusia maupun non manusia. Sewaktu berdiam di tengah persamuan yang berbeda-beda ini, dengan suara yang mantap dan sempurna bagaikan bunyi guntur, beliau membimbing semua makhluk hidup menuju kesempurnaan sesuai dengan kecenderungan dan keinginan mereka sampai dengan saat Beliau memanisfestasikan Nirvana”.

“Dalam segala cara seperti ini aku akan belajar dari Hyang Buddha, dan sebagaimana dengan Buddha Vairochana di dunia yang sekarang ini, demikian juga dengan semua Tathagata di dalam setiap titik debu di semua tanah Buddha di 10 penjuru dan 3 masa waktu, di seluruh alam Alam Dharma dan alam ruang angkasa. Di dalam setiap saat aku belajar dari mereka semua”.

Demikianlah, sekalipun alam ruang angkasa telah berakhir, alam makhluk hidup telah berakhir, karma makhluk hidup telah berakhir dan penderitaan makhluk hidup telah berakhir, keinginan belajarku pada mereka tidak pernah berakhir. Hal ini berlangsung terus menerus setiap saat tanpa berhenti. Tubuh, mulut, dan pikirianku tidak pernah merasa letih dan bosan dalam melakukan perbuatan-perbuatan ini”.

IKRAR KESEMBILAN
SENANTIASA MENYESUAIKAN DIRI DENGAN MAKHLUK HIDUP

“Selain itu, putra yang berbudi , ‘ senantiasa menyesuaiakan diri dengan segala makhluk hidup’ dapat dijelaskan sebagai berikut : Di seluruh lautan dunia (Khsetra) di 10 penjuru yang mencakup alam Dharma dan alam ruang angkasa, terdapat bergai jenis makhluk hidup yaitu berupa : yang terlahir dari telur, yang terlahir dari rahim, yang terlahir dari cairan dan yangterlahir dari transformasi, demikian juga yang hidup yang tergantung pada tanah, air, api, dan udara untuk kelangsungan hidupnya, ada makhluk yang hidup di udara serta ada yang terlahir dan hidup di dalam tanaman dan pohon. Ini termasuk segala jenis dan turunannya dengan tubuh, bentuk, penampilan, umur, keluarga, nama dan sifat yang berbeda. Ini termasuk berbagai jenis pengetahuan dan pandangan, keinginan dan makanan mereka yang berbeda. Ini termasuk makhkluk yang berdiam di desa, kota kecil, kota besar , dan istana yang berbeda, juga para dewa, naga dan ke-8 kelompok makhluk spiritual lainnya, baik manusia maupun bukan. Juga terdapat makhluk tak berkaki, berkaki 2 berkaki 4 dan berkaki banyak, berwujud maupun tidak berwujud, berpikiran maupun tidak berpikiran, yang tidak seliruhnya mempunyai pikiran dan yang tidak berpikiran”.

“Aku akan menyesuaikan diri dan menjaga semua dari berbagai jenis makhluk ini dengan memberikan segala macam pelayanan dan persembahan kepada mereka. Aku akan memperlakukan mereka dengan penghormatan yang sama seperti yang ku tunjukkan kepada orang tua sendiri, guru, tetua, arahat, dan bahkan terhadap Sang Tathagatha. Aku akan melayani mereka semua dengan sama tanpa perbedaan. Aku akan menjadi dokter bagi mereka yang sakit dan menderita, aku akan membimbing mereka yang tersesat kejalan yang benar. Aku akan menjadi cahaya yang terang bagi mereka yang berada di kegelapan malam, serta membuat orang miskin dan melarat menemukan harta karun. Demikianlah seorang Bodhisattva memberikan manfaat yang seimbang kepada semua makhluk hidup”.

Mengapa begitu ? jika seorang Bodhisattva menyesuaikan diri dengan makhluk hidup, maka dia menyesuaikan diri dan memberikan persembahan kepada semua Buddha. Jika dia bisa menghormati / mengunjungi dan melayani makhluk, maka dia menjunjung dan melayani Tathagatha. Jika dia membuat makhluk hidup berbahagia dia membuat semua Tathagatha berbahagia. Mengapa begitu ? Karena semua Buddha, Tathagata, mengambil pikiran welas asih yang besar (Maha Karuna) sebagai hakikinya (sifat dasar), demi segala makhluk hiduplah mereka menumbuhkan pikiran welas asih yang besar. Dari welas asih yang besar ini pikiran Bodhi (Bodhi Citta) terlahir; dan disebabkan Bodhicitta, mereka mencapai penerangan sempurna dan setara”.

“Bagaikan sebatang raja pohon besar yang tumbuh di karang dan pasir gersang, bila akarnya mendapat air, cabang, daun bunga dan buahnya akan mekar. Raja pohon Bodhi yang tumbuh di belantara kelahiran dan kematian adalah juga demikian. Semua makhluk hidup adalah juga akarnya, semua Buddha dan Bodhisattva adalah bunga dan buahnya. Dengan memberi manfaat kepada semua makhluk hidup melalui siraman air welas asih yang besar, seseorang dapat memperoleh bunga dan buah kebijaksanaan oleh Buddha dan Budhisattva”.

“Mengapa begitu ? Jika semua Bodhisattva memberi manfaat kepada makhluk hidup dengan siraman air welas asih besar, mereka dapat mencapai Anuttara Samyaksambodhi. Oleh sebab itu, Bodhi berada pada makhluk hidup. Tanpa makhluk hidup tidak ada Bodhisattva yang dapat menyempurnakan penerangan sempurna”.

“Putra yang berbudi, engkau harus mengerti prinsip ini dengan begini : Bila pikiran itu tidak memihak / seimbang terhadap semua makhluk hidaup, seseorang dapat mencapai welas asih yang besar dan sempurna. Dengan menggunakan hati yang welas asih untuk menyesuaikan diri dengan makhluk hidup, seseorang menyempurnakan pemberian persembahan kepada para Tathagatha. Dengan caa demikianlah Seharusnya Sang Bodhisattva selalu menyesuaikan diri dengan makhluk hidup”.

“Demikianlah, sekalipun alam ruang angkasa telah berakhir, makhluk hidup telah berakhir, karma makhluk hidup telah berakhir dan penderitaan makhluk hidup telah berakhir, aku akan tetap menyesuaikan diri selamanya tanpa berhenti. Tubuh, mulut dan pikiran ku tidak pernah merasa letih dan bosan melakukan perbuatan-perbuatnan ini”.
IKRAR KESEPULUH
MELIMPAHKAN SEGALA PAHALA DAN
KEBAJIKAN SECARA MENYELURUH

“Selain itu, putra yang berbudi, ‘melimpahkan segala pahala dan kebajikan secara menyeluruh’ dapat dijelaskan sebagai berikut : segala pahala dan kebajikan yang berasal dari ikrar pertama: memuja dan menghormati … sampai dengan ikrar yang kesembilan: senantiasa menyesuaikan diri, aku melimpahkannya secara menyeluruh kepada semua makhluk hidup hidup yang terdapat di seluruh Alam Dharma dan sampai dengan tepian ruang angkasa. Aku berikrar agar semua makhluk hidup selalu menikmati ketentraman dan kebahagiaan, tanpa penyakit dan penderitaan.
Aku berikrar agar tak seorang pun akan berhasil dalam berbuat kejahatan apa pun, agar semuanya segera menyempurnakan latihan karma baik. Aku berikrar untuk menutup semua pintu menuju kelahiran di alam rendah dan membukakan jalan menuju manusia, dewa dan Nirvana. Aku akan mewakili para makhluk menanggung segala buah penderitaan yang sangat berat, yang diakibatkan oleh karma perbuatan jahat mereka. Aku akan membebaskan semua makhluk ini dan selanjutnya membimbing mereka untuk mencapai Bodhi tak terlampaui.
Demikianlah seharusnya Sang Bodhisattva melatih pelimpahan dengan cara ini”.

“Sekalipun alam ruang angkasa telah berakhir, alam makhluk hidup telah berakhir, karma makhluk hidup telah berakhir dan penderitaan makhluk hidup telah berakhir, aku akan tetap melimpahkan segala pahala dan kebajikan tanpa berakhir, tanpa berhenti, setiap saat, mulut dan pikiranku tidak pernah bosan melakukan perbuatan-perbuatan ini”.


PAHALA DARIPADA IKRAR-IKRAR INI

“Putra yang berbudi, inilah ke – 10 ikrar pertama dari Bodhisattva Mahasattva secara keseluruhan. Jika semua Bodhisattva dapat mengikuti dan menjalani ke – 10 ikrar utama tersebut, maka mereka akan bisa membimbing semua makhluk hidup menuju kesempurnaan. Mereka akan bisa menyempurnakan perilaku dan ikrar Samanthabadra. Oleh karenaitu, putra yang berbudi, engkau harus benar-benar memahami maknanya”.

“Jika seorang putra atau putri berbudi memenuhi dunia-dunia yang banyaknya bagaikan titik debu di tanah Buddha yang tak terbilang di 10 penjuru dengan 7 permata yang sangat indah dan berharga dan jika mereka juga memberikan semua ketentraman dan kebahagiaan utama yang dinikmati oleh para dewa dan manusia kepada setiap makhluk di dunia-dunia tersebut; dan jika mereka mempersembahkan pemberian seperti ini kepada semua Buddha dan Bodhisattva di dunia-dunia tersebut, terus menerus tanpa berhenti selama kalpa yang banyaknya bagaikan titik debu di tanah Buddha tersebut, mereka akan memperoleh banyak pahala dan kebajikan”.

“Tetapi pahala dan kebajikan yang diperoleh dari pemberian ini bila dibandingkan dengan pahala dan kebajikan dari orang yang mendengarkan raja ikrar ini baik sekejabpun,tidak bisa menyamai 1/100 bagian, 1/1000 bagian atau nbahkan 1/upanishad sekalipun”.
“Di samping itu, jika seseorang menerima dan mempertahankan ikrar besar ini dengan keyakinan yang dalam, membaca dan mengucapkannya, ataupun menuliskan 4 baris Gatha saja, dia bisa secepatnya menghapuskan karma ke-5 dosa tak terampun. Segala penyakit duniawi yang menghinggapi tubuh dan pikiran ,maupun berbagai penderitaan berat akan terhapus, termasuk karma buruk yang banyaknya setara dengan titik debu di tanah Buddha.

“Segala pasukan iblis, yaksa, raksasa, kumbhada, pishacha, bhuta dan sebagianya, serta segala hantu dan iblis jahat yang meminum darah dan memakan daging tidak berani mendekati orang ini. Atau tidak lama kemudian mereka akan memutuskan untuk mendekati atau melindungi orang ini. Oleh sebabitu, jika dia mengucapkan ikrar ini dengan nyaring, dia akan bergerak dengan bebas di seluruh dunia tanpa rintangan, bagaikan bulan yang muncul melalui awan. Semua Buddha dan Bodhisattva akan memujinya, manusia dan dewa harus memberi hormat kepadanya, dan semua makhluk harus memberikan persembahan kepadanya. Orang bajik ini akan terlahir dengan mudah sebagai manusia dan akan menyempurnakan semua pahala dan kebajikan Samanthabadra. Tidak lama kemudian, dia akan menyerupai Samanthabadra sendiri, memperoleh tubuh fisik yang indah dan halus serta dilengkapi dengan 32 ciri manusia agung. Jika dia terlahir di antara manusia dan dewa dia akan tinggal dalam keluarga mulia (superior). Dia akan terhindar dari nasib buruk dan menjahui teman buruk. Mampu mengalahkan kaum externalist (penganut aliran lain), dia akan terbebas sama sekali dari segala penderitaan (klesa), bagaikan raja singa yang bisa menundukkan semua binatang liar. Orang ini akan pantas menerima persembahan dari segala makhluk hidup”.

“Di samping itu, jika seseorang berada di ambang kematian, pada saat terakhir dari kehidupannya, sewaktu semua daya kemampuannya sudah melemah dan dia harus meninggalkan semua keluarganya, sewaktu semua kekuatan dan wibawa yang pernah dimilikinya menghilang dan tidak ada yang tersisa, semua pengikut dan bawahan termasuk: perdana mentri, pejabat tinggi, lingkungan dalam istana dan kota-kota indah, gajah, kuda, kereta, dan harta kekayaan batu permatanya tidak dapat menyertainya, hanyalah raja ikrar ini saja yang akan menyertainya. Dalam setiap saat raja ikrar ini akan membimbing menuju jalan kebahagiaan, dan dalam sekejab mata dia akan terlahir di tanah suci Sukhavati. Sesampainya di situ, dia akan melihat Buddha Amitabha, Bodhisattva, Manjusri, Bodhisattva, Samanthabadra, Bodhisattva Avalokitesvara, Bodhisattva Maitreya, dan lainnya. Penampilan dari para Bodhisattva ini sangat indah dan dihiasi dengan berbagai pahala dan kebajikannya yang sempurna. Bersama-sama pengikut-Nya mereka akan berjalan mengitari dia”.

“Orang ini akan melihat dirinya terakhir dari sekuntum bunga teratai dan menerima ramalan (pencapaian penerangan sepurnanya ) dari Hyang Buddha. Kemudian dia akan melewati berjuta-juta nayuta kalpa, dan dengan kekuatan kebijaksanaannya dia akan menyesuaikan diri dengan kecenderungan dan keinginan makhluk hidup untuk memberikan manfaat kepada mereka dimana-mana di seluruh dunia yang tak terbilang di 10 penjuru. Tidak lama kemudian ia akan duduk di dalam suatu Bodhimandala, menaklukkan pasukan iblis mencapai penerangan sempurna dan setara, dan memutar Roda Dharma yang indah. Dia akan membuat makhluk hidup di dunia yang banyaknya bagaikan titik debu di tanah Buddha untuk membangkitkan pikiran Bodhi. Sesuai dengan sifat dasar (bakat dan pembawaan) mereka, dia akan mengajari, mengubah dan membimbing mereka menuju kesempurnaan. Sampai dengan akhir lautan kalpa di masa yang akan datang dia akan memberikan manfaat yang besar kepada semua makhluk”.

“Putra yang berbudi, pahala dan kebajikan yang diperoleh makhluk hidup yang mendengarkan dan mempercayaai raja ikrar agung ini, yang menerima, mempertahankan, membaca, dan mengucapkannya, serta yang menerangkannya secara luas kepada yang lain, hanya bisa diketahui oleh Buddha, Hyang Tathagatha sendiri. Oleh sebab itu kalian yang mendengarkan raja ikrar ini tidak boleh meragukannya. Terimalah dengan penghormatan; sesudah menerimanya, engkau harus bisa mengucapkannya dengan nyaring, sesudah mengucapkannya dengan nyaring, engkau harus mempertahankannya, sampai dengan taraf menuliskan dan menerangkannya secara luas kepada yang lain. Maka, dalam sekejab mata, perilaku dan ikrarnya akan terpenuhi”.


Pada saat itu, Bodhisattva Mahasattva Samanthabadra , untuk menyatakan kembali maksudnya, merenung ke segala arah di 10 penjuru dan mengucapkan Gatha ini”.

yavata keci dasad-disi loke
sarva-triyadhva-gata nara-simha
tan ahu vandami sarvi asesam
kayatu vaca manena prasannah

Di hadapan para Nara-simha di seluruh dunia di 10 penjuru,
di masa lalu, sekarang dan yang akan datang,
dengan tubuh, mulut dan pikiran yang murni sekali,
aku memberi hormat kepada mereka semua tanpa kecuali.

ksetra-rajopama-kaya-pramanaih
sarva-jinana karomi pranamam
sarva-jimabhimukhena manena
bhadra-cari-pranidhana-balena

Dengan kekuatan spiritual yang menakjubkan dari ikrar Samanthabadra,
Aku muncul bersamaan di hadapan setiap Tathagatha dan
Dalam tubuh trassformasi yang banyaknya bagaikan titik debu di dunia.
Memberi hormat kepada Buddha yang banyaknya bagaikan titik debu di dunia.

eka-rajagri rajopama-buddham
buddha-sutana nisannanku madhye
evam asesata dharmata-dhatum
sarv adhimuchyani purna jinebhih

Di dalam setiap titik debu terdapat Buddha yang banyaknya bagaikan titik debu,
masing-masing berdiam diantara sekelompok Bodhisattva ,
demikian juga halnya seluruh titik debu di dalam Alam Dharma yang tak berakhir
aku percaya sepenuhnya bahwa itu di penuhi dengan Buddha.

tesu ca aksaya-varna-samudram
sarva-svaranga-samudra-rutebhih
sarva-jinana-gunam bhanamanas
tam sugatam stavami ahu sarvam

Dengan lautan dari setiap dan masing-masing suara,
di mana-mana aku mengeluarkan suara dan ungkapan indah dan tak berakhir,
dari sekarang dan sampai dengan semua kalpa di masa yang akan datang,
memuji lautan pahala dan kebajikan Buddha yang besar dan mulia.

puspa-varebhi ca malya-varebhih
vadya-vilepana-cchattra-varebhih
dipa-varebhih ca dhupa-varebhih
pujana tesu jinanna karomi

Karangan bunga nan indah dan terutama,
musik, parfum,panji dan canopy, serta dekorasi lainnya yang mahal dan langka,
aku mempersembahkannya kepada setiap Tathagatha.

vastra-varebhih ca gandha-varebhis
surna-putebhi-ca Meru- samebhih
sarva-visita-viyuha-varebhih
pujana tesu jinanakaromi

Pakaian indah, dupa istimewa,
dupa bubuk dan dupa bakar, lampu dan lilin,
masing-masing ditumpuk setinggi gunung,
aku mempersembahkan seluruhnya kepada semua Tathagatha

ya ca anuttarapuja udara
tan adhimucyami sarva-jinanam
bhadra-cari-adhimukti-balen
vandami pujayami jina sarvam

Dengan pikiran yang luas, besar dan tak terikat,
aku percaya pada semua Buddha di dalam ke-3 masa,
transformasi dengan kekuatan prilaku dan ikrar Samanthabadra,
Aku memberikan persembahan kepada semua Tathagatha di mana-mana,

yac ca krtam mayi papu bhaveyya
ragatu dvesatu moha-vasena
kayatu vasa manena tathaiva
tam pratidesayami ahu sarcam

Terhadap segala kekuatan jahat yang kulakukan di masa lalu,
melalui tubuh, mulut dan pikiranku,
yang timbul dari keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan yang tak berawal,
aku sekarang merasa malu dan menyesalinya semua.
yac ca dasad-disi punya jagasya
saiksa-asaikan-pratyekajinanam
buddhaasutan atha sarva-jinanam
tam anumodayani ahu sarvam

Aku bergembira di dalam pahala dan kebajikan
dari semua makhluk di 10 penjuru
mereka yang ‘masih belajar’ dan ‘tidak perlu belajar’
dari tahapan Sravaka, dan
semua Tathagatha dan Bodhisattva.

ye ca dasat-disi loke-pradipa
bodhi vibudhya asangata praptah
tan ahu sarvi adhyesami natham
cakru anuttaru vartanatai

Di hadapan lampu dunia (Loka Pradipa)
di 10 penjuru mereka yang pertama mencapai kebodhian,
aku sekarang meminta dan memohon mereka semua,
memutar Roda Dharma yang sempurna dan tertinggi.

ye pi ca nirviti darsitu-kamas
tan abhiyacami pranjali-bhutah
ksetra-rajopaca-kalpa sthihantu
sarva-jagasya hitaya sukhaya

Jika ada Buddha yang ingin memasuki Nirvana,
aku meminta dengan sungguh-sungguh agar mereka berdiam di dunia,
selama kalpa yang banyaknya bagaikan titik debu di dunia
guna memberikan mangfaat dan kebahagiaan kepada setiap makhluk

vandana-pujana-desanataya
mosan-adhyesana-yacanataya
yac ca subham mayi samcitu kimeid
bodhayi namayami ahu sarcam

Aku memuja mereka dengan pahala,memuji mereka dan memberikan
persembahan,
aku meminta agar para Buddha berdiam di dunia untuk memutar Roda Dharma,
segala akar kebajikan akar yang kuperoleh dari mengikuti dan bergembira di
dalam pahala dan kebajikan, serta dari menyesal dan bertobat,
kulimpahkan kepada semua makhluk hidup dan jalan Buddha.

pujita bhontu atitaka buddha
ye ca dhriyanti dasad-disi loke
ye ca anagata te laghu bhontu
purna-manoratha bodhi-vibuddhah
Aku mengikuti dan bergembira dalam pahala dan kebajikan
menyesal dan bertobat atas perbuatan burukku,
kemusdiaan melimpahkan akar kebajikan ini maupun pahalannya
agar makhluk hidup bisa segera mencapai ke-Buddhaan

yavata keci dasad-disi ksetras
te parisuddha bhavantu udarah
bodhi-drumendra-gatebhi jinebhir
buddha-sutebhi ca bhontu prapurnah
Aku menuntut ajaran Buddha dan

mempraktekkan prilaku Samanthabadra yang sempurna
aku memberikan persembahan kepada semua Tathagata dari masa lalu dan
kepada semua Buddha masa kini di 10 penjuru.

ya vata keci dasat-disi sattvas
te sukhitah sada bhontu arogah
sarva-jagasya ca dharmiku artho
bhontu pradaksinu ridhyatu asa

Semua guru para dewa dan manusia di masa yang akan datang,
yang cita-citanya untuk menemukan kebahagiaan telah terpenuhi,
aku akan mengikuti bimbingan-Nya sampai dengan ke-3 masa waktu,
dan secepatnya mencapai Maha Bodhi

bodhi-carim ca aham caramano
bhavi jati-smaru sarva-gatisu
sarvasu jatisu syuty-upapatti
pravrajito ahu nityu bhaveyya

Di semua dunia di 10 penjuru yang luas, besar, dan dihiasi dengan indahnya,
semua Tathagatha duduk di bawah raja pohon Bodhi,
dan persamuan yang mengelilingi mereka,
aku berikrar agar semua makhluk di segala penjuru memperoleh ketentraman,
kebahagiaan, dan tanpa kuatir, semoga mereka memperoleh bantuan besar dari
Dharma yang tepat dan semoga segala penderitaan mereka terhapus tanpa kecuali.
sarva-jinan anusiksayamano
bhadra-carim paripurayamanah
sila-carim vimalam parisuddham
nityam akhandam acchidra careyam

Bilamana aku melatih diri untuk mencapai kebodhihan, aku akan memperoleh
pengetahuan tentang kehidupan masa lalu dari semua makhluk hidup,
aku akan selalu meninggalkan kehidupan berkeluarga dan melatih sila murni,
tanpa ‘kebocoran’, pelanggaran, dan tidak bernoda.

deva-rutebhi ca naga-rutebhir
yaksa-kumbhanda-manusya-rutebhih
yani ca sarva-jagasya rutani
tesu rutesy ahu desayi dharmam

Apakah itu dewa, yaksha atau kumbhanda,
sampai dengan manusia, bukan manusia, dan lainnya,
dalam berbagai bahasa dari semua makhluk hidup hidup seperti ini,
dengan setiap suara aku membabarkan Dharma,
pesalu paramitasv abhiyukto
bodhiyi sittu ma jatu vimuhye
ye pi ca papaka avaraniyas
tesu pariksayu bhotu asesam

Aku akan melatih Paramita murni dengan tekun,
dan tidak pernah meninggalkan pikiran bodhi,
aku akan meninggalkan semua rintangan dan pencemaran,
dan memenuhi semua praktek yang sempurna.

karmatu klesatu mara-pathato
loka-gatisu vimuktu carayam
padma yatha selilena aliptah
surya sasi gagane va asaktah

Terhadap segala kepalsuan, karma dan pengaruh iblis, diantara jalan duniawi,
aku akan terbebas seperti bunga teratai yang tidak menyentuh air,
seperti matahari dan rembulan yang tidak pernah berhenti di angkasa.

sarvi apaya-dukham prasamanto
sarva-jagam sakhi sthapayamanah
sarva-jagasya hitaya careyam
yavata ksetra-patha disa tasu

Mengakhiri penderitaan dari perbuatan jahat,
dan memberikan kebahagiaan yang setara kepada setiap orang ,
semoga aku selalu memberi manfaat kepada semua di 10 penjuru
selama kalpa yang banyaknya bagaikan titik debu di dunia .

sattva-carim anuvartayamano
bodhi-carim paripurayamanah
bhadra-carim ca prabhavayamanah
sarvi anagata-kalpa careyam

Senantiasamenyesuaikan diri dengan makhluk hidup,
berlatih prilaku Samantabhadra yang luas,
sampai dengan seluruh kalpa yang akan datang,
aku akan menyempurnakan Maha Bodhi yang tak terlampaui

ye ca sabhagata mama caryaye
tebhi samagamu nityu bhaveyya
kayatu vacatu cetanato va
eka-cari-pranidhana careyam

Semoga semua yang berlatih bersamaku,
berkumpul bersamaku di suatu tempat,
dengan karma tubuh, mulut, dan pikiran yang sama,
kami berlatih dan belajar semua praktek dan ikrar.

ye pi ca mitra mama hita-kama
bhadra-cariya nidarsayitarah
tebhi samagamu nityr bhaveyya,
tams ca aham na viragayi jatu

Bersama semua teman baik dan bijaksana (Mitra Kalyana)
yang membantuku,
dengan menerangkan perbuatan Samantabhadra,
aku berikrar untuk selalu berkumpul bersama,
semoga aku tidak pernah mengecewakan mereka.

samukha nityam aham jina pasye
buddha-sutebhi ca parivrtu natham
tesu ca puja kareya udaram
sarvi anagata-kalpam-akhinnah

Aku berikrar agar selalu bertemu langsung dengan para Tathagatha dan
kumpulan siswa yang mengelilingi mereka,
aku akan mengumpulkan persembahan yang luas dan besar,
tanpa mengenal lelah sampai dengan akhir kalpa yang akan datang.

dharayamanu jinana sad-dharmam
bodhi-carim paridipayamanah
bhadra-carim ca visedhayamanah
sarvi anagata-kalpa careyam

Aku akan mempertahankan Budha Dharma yang sempurna dan halus,
serta menerangi praktek kebodhian,
aku akan dimurnikan dalam praktek Samantabhadra pada akhirnya,
dengan mempraktekkannya sampai dengan akhir masa.

sarva-bhavesa ca samsaramanah
punyatu jnanatu aksaya praptah
prajna-upaya-samadhi-vimoksaih
sarva-gungsir bhavi aksava-kosah

Aku berlatih mengumpulkan pahala dan kebijaksanaan, yang tak terhabiskan di
dalam semua kehidupan, dengan konsentrasi, kebijaksanaan, cara bijaksana dan
pembebasan,
aku akan memperoleh simpanan pahala dan kebajikan yang tak habis-habisnya.

ekarajagri rajopama-ksetram
trata ca ksetri acintiya buddham
buddha-sutana nisannaku madhye
pasyiya bodhi-carim caramanah

Di dalam setiap titik debu terdapat dunia yang banyaknya bagaikan titik debu
di dalam setiap dunia terdapat Buddha yang tak terhitung jumlahnya,
di setiap tempat di mana Buddha berdiam aku melihat persamuan,
membabarkan semua praktek bodhi dengan tak habis-habisnya.

evam asesata sarva-disasu
vala-pathesu triyadhva-pramanam
buddha-samudr atha ksetra-samuddram
otari carika-kalpa-samudram

Di mana-mana di 10 penjuru, di seluruh lautan dunia,
di ujung setiap lembar rambut di dalam lautan semua masa,
juga terdapat suatu lautan Buddha, suatu lautan tanah Buddha,
menjelajahi semua aku berlatih selama suatu lautan masa yang tak berakhir.

eka-svaranga-samudra-rutebhih
sarva jinana svaranga-visuddhim
sarva-jagasya yathasaya-ghosam
buddha-sarasvsatim otari nityam


Perkataan semua Tathagatha adalah murni,
setiap kata mencakup suatu lautan dari semua suara,
sesuai dengan apa yang ingin didengar makhluk hidup,
lautan kefasihan Buddha mengalir keluar.

tesu ca aksaya-ghosa-rutesu
sarva-triyadhava-gatana jinanam
cakra-nayam paravartayamano
buddhi-balena aham praviseyam

Semua Tathagatha dari ke-3 masa waktu
selamanya memutar Roda Dharma sempurna tentang realita dan fenomena,
dalam lautan kata dan bahasa yang tak habis-habisnya ,
aku memahaminya dengan kekuatan kebijaksanaan yang mendalam
di mana-mana.

eka-ksanena anagata sarvam
kalpa-pravesa anam praviseyam
ye pi ca kalpa triyadhva-pramanas
tam ksana-koti-pravista careyam

Aku dapat menembus masa yang akan datang,
dan menembus semua kalpa dalam sekejap pikiran,
di dalam sekejap pikiran aku sepenuhnya memasuki seluruh kalpa dari ke-3 masa
waktu.

ye ca triyadhva-gata nara- simhas
tan ahu pasyiya eka-ksanena
tesu ca pocarim atari nityam
maya-gatena vimoksa-balena

Dalam sekejap pikiran aku melihat semua Nara-simha dari masa lalu, sekarang
dan yang akan datang,
aku selalu menjajaki keadaan Buddha,
pembebasan gaib mereka dan kekuatan mereka yang menakjubkan

ye ca triyadhvasu ksetra-viyuhas
tan abhinirhari eka-rajagre
evam asesata sarva-disasu
otari ksetra-viyuha jinanam

Di ujung dari selembar rambut halus,
muncul tanah permata dari waktu yang kekal,
dunia di ujung rambut yang banyaknya bagaikan titik debu
di dunia di 10 penjuru
aku memasukinya semua, menghiasi dan memurnikannya.

ye ca anagata loka-pradipas
tesu vibudhyana cakra-pravrttim
nirvrti-carsana nistha-prasantim
sarvi aham upasmkrami natham

Di masa mendatang banyak Loka-pradita akan datang
Menerangi dunia, menyempurnakan jalan, memutar Roda Dharma,
dan menyadarkan makhluk hidup,
sewaktu mereka menyempurnakan tugas Buddha dan
memanifestasikan Nirvana, aku mengunjungi dan
mendekati mereka semua serta memperoleh

rddhi-balena samanta-javena
yana-balena samanta-mukhena
carya-balena samanta-gunena
maitra-balena wsamanta-gatena

Kekuatan spiritual untuk pergi dengan cepat ke mana-mana,
kekuatan untuk memasuki Mahayana melalui pintu yang seragam
kekuatan kebijaksanaan dan perilaku untuk melatih pahala dan kebajikan
secara universal,
kekuatan spiritual untuk melindungi semuanya dengan Maha Maitri
(cinta kasih besar)

punya-balena samanta-subhena
jnana-balena asanga-gatena
prajna-upaya-samandhi-balena
bodhi-balam samudanayamanah

Kekuatan untuk memurnikan dan menghiasi pahala utama di mana-mana,
kekuatan kebijaksanaan yang tidak melekat dan bebas,
kekuatan spiritual yang menakjubkan serta kekuatan konsentrasi,
kebijaksanaan dan cara bijaksana,
kekuatan mengumpulkan Bodhi secara universal
karma-balena parisodhayamanah
klesa-balam parimardaya manha
mara-balam abalam karamanah
purayi bhadra cari-bala sarvsam

Kekuatan karma baik yang memurnikan segala hal,
kekuatan untuk menghapuskan semua penderitaan,
kekuatan untuk menaklukkan semua iblis,
kekuatan untuk menyempurnakan prilaku Samantabhadra

ksetra-samudra visodhayamanah
sattva-samudra vimocayamanah
dharma-samudra vipasyayamano
jnana-samudra vigahayamanah

Aku menghiasi dan memurnikan lautan dunia di mana-mana, dan aku
membebaskan lautan segala makhluk hidup, dengan ketrampilan aku
memahami lautan segala Dharma, dan memasuki lautan kebijaksanaan
yang dalam.

carya-samudra visoshayamanah
pranidhi-samudra prapurayamanah
Buddha-samudra prapujayamanah
kalpa-samudra careyam akhinnah

Aku bisa memurnikan lautan segala latihan,
menyempurnakan dan menyelesaikan suatu lautan ikrar,
aku mendekati suatu lautan Buddha dan memberikan
persembahan dan berlatih tanpa merasa lelah selama satu lautan waktu.

ye ca triyadhva-gatana jinanam
bodhi-cari pranidhana-visesah
tan ahu purayi sarvi asesam
bhadra-cariya vibudhyiya bodhim

Kepada semua Tathagatha dari ke-3 masa waktu,
dengan Bodhi, prilaku, dan ikrar yang paling utama,
aku sepenuhnya mempersembahkan latihanku yang sempurna,
dengan praktek Samantabhadra, aku menyadari Bodhi,

Jvesthaku yah sutu sarva-jinanam
yasya ca nama Samantatabhadra
tasya vidusya sabhaga-cariya
namayami kusalam imu sarvam

Setiap Tathagatha mempunyai siswa utama,
yang dinamakan Samantabhadra, yang dijunjungi,
aku sekarang melimpahkan semua akar kebajikan,
dan berikrar untuk melakukan perbuatan bijaksana yang sejenis

kayatu vaca manasya visuddhis
carya-visuddhy atha ksetra-
yadrsa namana bhadra-visudya
tadrsa bhotu samam mama tena

Aku berikrar agar tubuh, mulut dan pikiranku akan selamanya murni
dan agar segala kegiatan dan tanah Buddha juga akan demikian,
aku berikrar agar dalam segala hal bisa menyamai kebijaksanaan
Samantabhadra.

bhadra-cariya Samanta-subhaye
Manjusiri-prankdhana careyam
sarvi anagat-kalpa-m-akhinnah
purayi tam kriya sarvi asesam

Aku akan memurnikan prilaku Samantabhadra secara keseluruhan,
dan juga Maha ikrar Manjusri,
segala perbuatan mereka akan kujalankan, tanpa ada yang tertinggal,
sampai dengan akhir masa yang akan datang aku tidak pernah merasa letih.


no ca pramanu bhaveyya cariye
no ca pramanu bhaveyya gunanam
apramanu cariyaya sthihitva
janayi sarvi vikurvitu tesam

Latihanku adalah tak terhitung dan tak terbatas,
pahala dan kebajikan yang kuperoleh tak terhingga,
di tengah praktek yang tak terbatas aku akan berdiam dalam ketentraman,
dan menyempurnakan berbagai kekuatan spiritual.

javata nistha nabhasya bhaveyya
sattva asesata nistha tathaiva
karmatu klesatu javata nistha
tavata-nistha mama pranidhanam

Manjusri memiliki kebijaksanaan, keberaniaan dan ketabahan,
prilaku dan kebijaksanaan Samantabhadra juga demikian,
aku sekarang melimpahkan semua akar kebajikan,
guna mengikuti mereka dalam praktek dan belajar.

ye ca dasad-disi ksetra ananta
ratna-alamkrtu kurya jinanam
divya ca manusa saukhya visistam
ksetra-rajopama-kalpa dadeyam

Di dalam ke-3 masa waktu,
semua Buddha memuji ikrar yang demikian agung dan besar,
aku sekarang melimpahkan semua akar kebajikan,
dengan harapan menyempurnakan praktek tertinggi dari Samantabhadra.

yas ca imam parinamana-rajam
srutva sakrj janayed adhimuktim
bodhi-varam anuprathayamano
agru visista bhaved imu punyam

Aku berikrar bila hidupku akan berakhir
segala rintangan akan terhapus,
aku akan melihat Buddha Amitabha,
dan terlahir di tanah Sukhavati-Nya.

varjita tena bhavanti apaya
varjita tena bhavanti kumitrah
ksipru sa pasyati tam amitabham
yasy imu bhadra-cari-pranidhanam

Sewaktu terlahir di tanah suci barat,
aku akan menyempurnakan dan sepenuhnya memenuhi ikrar agung ini tanpa
kecuali,
guna menyenangkan dan memberi manfaat kepada segala makhluk.

labha su-labha su jivitu tesam
su agate te ilmu manusa janma
yadrsa so hi Samantabhadaram
te pi tatha na-cirena bhavanti

Persamaan Buddha Amintabha adalah sangat murni,
sewaktu aku terlahir dari sekuntum teratai yang tak tertandingi,
aku akan melihat cahaya Sang Tathagatha yang tak terhingga sewaktu beliau
muncul dihadapanku,
untuk memberikan ramalan pencapaian Bodhi.

papaka panca anantariyani
yena ajnana-vasena krtani
so imi bhadra-carim bhanamanah
ksipru pariksayu bhoti asesam

Menerima ramalan dari Tathagatha,
aku akan menciptakan tubuh yang tak terhitung,
dan dengan kekuatan kebijaksanaan yang besar dan luas
mengembara ke-10 penjuru untuk memberi manfaat ke alam makhluk hidup.

jinanatu rupatu laksanatas ca
varmatu gotratu bhoti-r upetah
tirthika-mara-ganebhir adhrsyah
pujitu bhoti sa sarva-trilike

Alam dari dunia-dunia dan ruang angkasa bisa berakhir,
serta karma dan penderitaan makhluk hidup bisa di hilangkan,
tetapi tidak bisa habis-habisnya
demikian juga semua ikrarku adalah tidak habis-habisnya

ksipru sa gacchati bodhi-drumendram
gatva nisidati sattva-hitaya
budhyati bodhi, pravartayi cakram
dharsayi maru sa-sainyaku sarvam

Dengan berbagai permata di dunia yang tak terbilang di 10 penjuru
aku membuat dekorasi dan persembahan kepada Tathagatha
selama kalpa yang banyaknya bagaikan titik debu di dunia,
aku memberikan ketentramandan kebahagiaan yang utama kepada para dewa
dan manusia.

yo imu bhadra-cari-pranidhanam
dharayi vasayi desayito va
Buddha vijanati yo tra vipako
bodhi visista ma kanksa janetha

Sekalipun begitu, jika seseorang mempercayai raja ikrar yang utama ini,
bilamana terdengar biar hanya sekalipun,
dan jika di dalam pencarian Bodhi seseorang sungguh-sungguh mendambakan
ikrar ini,
pahala dan kebajikan yang akan diperoleh akan jauh melampaui.

manjusiri yatha hanati surah
so ca samantabhadra tathaiva
tesu aham anusiksayamano
namaymi kusalam imu sarvam

Dengan menjauhi teman buruk selamanya,
seseorang selamanya menjauhi jalan buruk menuju kesengsaraan,
segera akan melihat cahaya tak terhingga dari Tathagatha,
dan menyempurnakan ikrar utama Samantabhadra.

sarva-triyadhva-gatebhi jinebhir
ya parimanna varnita agra
taya aham kusalam imu sarvam
namayami vara-badra-cariye

Dengan mudah mem-peroleh pahala usia panjang
kelahiran di alam manusia terjamin,
tidak lama kemudian dia akan menyempurnakan dan menyelesaikan praktek
Samantabhadra.

kala-kriyam ca aham karamano
avaranam vinivartiya sarvam
sammukha pasyiya tam amitabham
tam ca sukhavati-ksetra vrajeyam

Di masa lalu, disebabkan kurangnya kebijaksanaan
ke-5 dosa berat tak terampun telah kulakukan
dalam sekejap pikiran dosa itu bisa terhapuskan,
dengan mengucapkan raja ikrar agung Samantabhadra

tatra gatasya imi pranidhana
amukhi sarvi bhaveyu samagrah
tams ca aham paripurna asesam
sattva-hitam kari yavata loke

Marga, suku, warna kulit, ciri-ciri dan karakteristiknya,
berikut kebijaksanaannya adalah sempurna dan utuh seluruhnya,
iblis dan kaum sesat tidak bisa mengganggunya,
dan dia pantas menerima persembahan dari ke-3 alam.

tahi jina-mandali sobhani ramye
padma-vare rucire upanannah
vyakaranam ahu tatra labheya
sammukhato amitabha-jinasya

Dia akan segera menuju ke raja pohon Bodhi,
dan duduk di situ untuk menaklukkan pasukan iblis,
mendapat penerangan sempurna dan setara,
dia akan memutar Roda Dharma, guna memberi manfaat kepada kumpulan
makhluk hidup.

Vyakaranam pratilabhya ca tasmim
nirmitaokoti-satebhir anekaih
sattva-hitani bahuny ahu kuryam
diksu dasasv api buddhi-balena

Jika seseorang bisa membaca, mengucapkan, menerima, dan
mempertahankan selalu ikrar Samantabhadra serta menyebarkannya,
pahalanya hanya bisa diketahui oleh Buddha,
dan dia akan memperoleh jalan Bodhi yang tertinggi.

Bhadra-cari-pranidhana pathitva
yat kusalam mayi samcitu kimcit
eka-ksanena samrdhyatu sarvam
tena jagasya subham pranidhanam

Jika seseorang mengucapkan ikrar Samantabhadra,
maka hanya dari sebagian kecil akar kebajikan yang dimilikinya,
segalanya akan disempurnakan dalam sekejap pikiran,
dan ikrar murni dari makhluk hidup akan terpenuhi seluruhnya.

Bhadra-carim parinamya yad aptam
punyam anantam ativa visistam
tena jagad vyasanaugha-nimagnam
yav amitabha-purim varam eva

Pahala tertinggi dan tak terbatas dari perilaku Samantabhadra,
aku sekarang melimpahkannya secara universal,
semoga segenap makhluk hidup, terbenam dan terapung
segera kembali ke tanah cahaya tak terhingga (Sukhavati)

Pada saat itu, sesudah Bodhisattva Mahasattva Samantabhadra selesai mengucapkan Gatha murni tentang raja ikrar agung Samantabhadra ini dihadapan Tathagatha, pemuda Sudhana diliputi kegembiraan yang meluap. Semua Bodhisattva juga sangat bergembira, dan Hyang Tathagatha memuji-Nya dengan bersabda : “Bagus!Bagus!”.

Pada saat itu, Tathagatha membabarkan Pintu Dharma yang tertinggi tentang keadaan pembebasan yang tak terbayangkan kepada semua orang suci dan Bodhisattva Mahasattva, dengan Bodhisattva Manjusri sebagai pemimpin mereka.

Juga hadir di situ para Bodhisattva agung dan ke-6000 Bhiksu yang telah sempurna, dengan Bodhisattva Maitreya sebagai pemimpin mereka. Semua Bodhisattva dari kalpa Bhadra (Worthy kalpa), dipimpin oleh Bodhisattva Samantabhadra yang tak ternoda, juga hadir.

Semua Bodhisattva agung yang setelah sekali kelahiran lagi akan menjadi Buddha berikutnya dan yang berada di posisi pendiksaan mahkota berkumpul bersama dengan semua persamuan Bodhisattva Mahasattva, banyaknya bagaikan titik debu di dalam lautan dunia, yang datang dari dunia lainnya di 10 penjuru. Mereka dipimpim oleh Arya Shariputra Mahamaudgalyana dan lainnya.

Semua Sravaka Agung, bersama semua manusia dewa, penguasa dunia, maupun para naga, yaksha, gandharva asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia dan non manusia dan sebagainya, serta seluruh persamuan besar, begitu mendengarkan apa yang diucapkan Hyang Buddha, semua sangat bergembira, menerimanya dengan keyakinan dan mempraktekkannya.

南無阿彌陀佛