BAB XI
MUNCULNYA SEBUAH STUPA
MUNCULNYA SEBUAH STUPA
Pada saat itu dihadapan Sang Buddha terdapat sebuah Stupa dari 7 Benda Berharga setinggi 500 yojana dengan panjang dan lebar 250 yojana, yang menjulang tinggi dan bertahta di Antariksha. Stupa itu dihias dengan segala macam benda-benda berharga dan dengan megahnya dipercantik dengan 5000 sandaran, 2000 tempat peristirahatan, serta panji-panji, dan bendera yang tak terhitung jumlahnya tergantungi untaian-untaian permata dengan ribuan koti genta-genta manikam yang digantungkan padanya. Pada setiap sisinya menebarkan bebauan dari harumnya kayu cendana tarnalapattra yang semerbak memenuhi dunia. Semua pita dan tirai-tirainya tersusun dan 7 benda berharga, emas, perak, lapis lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia. inutiara, dan jasper yang menjulang tinggi mencapai istana-istana dari keempat raja kesurgan. Tiga puluh tiga dewa menaburi bunga-bunga rnandara surga untuk memuliakan Stupa Indah itu. Sedang dewa-dewa yang lain, naga-naga, yaksha, gandharva, asuras, garuda, kimnara. mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, seluruh ribuan koti dari para mahluk ini semuanya memuliakan Stupa dengan segala macam bunga, bebauan, karangan-karangan bunga, pita-pita, tirai dan dendang lagu, memuja, memuliakan serta memujinya.
Kemudian dan tengah-tengah Stupa Indah itu
terdengar suara lantang yang memuji dan berkata “Bagus sekali Bagus sekali Yang
Maha Agung Sakyamuni ! Paduka mampu berkhotbah kepada persidangan agung tentang
Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan dari alam semesta dan kebijaksanaan yang
agung, dan dengan Sutra itulah para Bodhisatva diberi petunjuk dan Sutra itu
pulalah yang selalu dipelihara dan diperhatikan oleh para Buddha. Begitulah,
begitulah, Yang Maha Agung Sakyamuni ! Semua yang Paduka sabdakan adalah benar
adanya.”
Kemudian keempat golongan yang sedang
memandang kearah Stupa Indah yang menjukng tinggi di antariksha serta setelah
mendengar suara yang keluar dari Stupa itu, maka semuanya diiputi perasaan
sukacita didalam Hukum dan mengagumi kejadian yang tidak pernah terdengar itu,
kemudian mereka bangkit dari tempat duduknya serta dengan takzim mengatupkán
tangannya dengan menarik diri kesamping. Sementara itu seorang
Bodhisatva-Mahasatva yang bernama MAHAPRATIBANA mengetahui adanya kebimbangan
dalam hati dari seluruh dunia para dewa, manusia, asura, dan lain-lainnya, maka
berkatalah ia pada Sang Buddha dengan bertanya “Yang Maha Agung! Karena apakah
maka Stupa ini menjulang tinggi ke angkasa dan dari tengah-tengahnya keluar
suara ini ?“
Kemudian Sang Buddha menjelaskan Bodhisatva
MAHAPRATIBANA dengan bersabda “Didalam Stupa inilah raga Sang Tathagata
bersemayam. Dahulu kala, pada ribuan koti asamkhyeya yang tak terbatas, jauh
dibumi sebelah timur sana
terdapatlah sebuah kawasan yang bernama RATNAVISUDDHA. Dan didalam kawasan itu
adalah seorang Buddha yang bergelar PRABHUTARATNA.
Ketika Buddha itu sedang menginjak jalan
kebodhisatvaan, ia telah mengucapkan prasetya-agung dengan berkata “Setelah aku
menjadi seorang Buddha dan setelah aku moksha, maka dimanapun juga jika didalam
negeri di alam semesta ini terdapat suatu tempat dimana Sutra Bunga Hukum
dikhotbahkan, maka disitulah Stupaku akan muncul dan menjulang tinggi agar aku
dapat mendengarkan Sutra itu dan memberi kesaksian terhadapnya senta memujinya
dengan berkata “Bagus sekali !“
Ketika Buddha itu telah menyelesaikan
ceramahnya maka saat kemokshaannya pun hampir tiba dan ditengah-tengah para
dewa, manusia dan satu kelompok besar, Ia rnewejang para bhiksunya dengan
berkata “Siapapun juga yang sesudah kemokshaan nanti ingin memuliakan ragaku
rnaka Ia harus mendirikan sebuah Stupa besar.” Dimanapun juga Sutra Bunga Hukum
dikhotbahkan didalam dunia dan alam semesta ini, maka Buddha itu dengan daya
gaib dari prasetyanya, akan menyebabkan Stupanya berisi seluruh raganya dan
melompat kemuka serta memuji Sutra itu dengan berkata “Bagus sekali ! Bagus
sekali!“
Wahai MAHAPRATIBANA ! Karena baru sekarang
inilah Sang Tathagata PRABHUTARATNA itu mendengar Sutra Bunga Hukum ini
dikhotbahkan sehingga Stupanya menjulang tinggi serta Ia memuji Sutra itu dengan
berkata :“Bagus sekali Bagus sekali !“
Karena kekuasaan yang hebat dari Sang
Tathagata itu, rnaka kemudian Sang Bodhisatva MAHAPRATIBANA berkata kepada Sang
Buddha “Yang Maha Agung Kami dengan setulus hati ingin memandang raga Sang
Buddha ini.”
Sang Buddha menyapa Bodhisatva-Mahasatva
MAHAPRATIBANA demikian “Sang Buddha PRABHUTARATNA ini rnempunyai prasetya yang
dalam dan agung, yaitu “Bila Stupaku muncul dihadapan para Buddha demi untuk
mendengarkan Sutra Bunga Hukum itu dan seandainya dia ingin memperlihatkan
ragaku kepada keempat golongan, maka biarlah para Buddha yang telah memancar
dari Buddha itu dan mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum disegala penjuru
dunia semuanya bersama-sama kembali dan berkumpul di satu tempat, dan sesudah
itulah ragaku akan muncul. “ Oleh karenanya, wahai MAHAPRATIBANA, sekarang ini
Aku harus mengumpulkan para Buddha yang telah keluar dariku serta mengumpulkan
mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum diseluruh penjuru dunia.”
Sang MAHAPRATIBANA menjawab Sang Buddha:
“Yang Maha Agung ! kami juga ingin melihat para Buddha yang telah keluar dari
Yang Maha Agung serta ingin rnemuliakan mereka itu.”
Kernudian Sang Buddha memancarkan sinar
cahaya dan lingkaran rambut putlh yang terdapat ditengah-tengah alis rnata
Beliau, kemudian diarah barat terlihatlah semua para Buddha dalam 500 nibu koti
nayuta dan kawasan-kawasan yang jumlahnya seperti pasir-pasir sungai Gangga.
Kawasan-kawasan itu bertanah kristal, berpohon permata dan berhias kain-kain
yang indah, dipenuhi ribuan koti dari para Bodhisatva yang tak terbatas
jumlahnya dan tirai-tirai bertatah manikam membentang diatas mereka teringkupi
untaian-untaian permata. Seluruh para Buddha di kawasan itu sedang
mengkhotbahkan Hukum dengan suara-suara yang menggairahkan. Beribu-nibu koti
dan para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya juga terlihat memenuhi
kawasan-kawasan itu dan sedang berkhotbah kepada orang banyak. Demikian jugalah
keadaannya dikawasan selatan, barat dan utara, ditengah-tengah 4 penjuru, di
daerah atas dan daerah bawah dan dimanapun jua, semuanya tersinari tanda cahaya
dari lingkaran rambut putih.
Kemudian para Buddha disegala penjuru itu
masing-masing menyapa kelornpok Bodhisatva-Bodhisatvanya dengan berkata :
“Putera-putera yang baik Kita sekarang harus pergi menghadap Sang Buddha
Sakyamuni di dunia sana
dan harus pergi pula untuk memuliakan Stupa lndah dan Sang Tathagata
PRABHUTARATNA”.
Kemudian dunia saha seketika itu juga
menjadi cemerlang dengan lapis lazuli sebagai buminya, terhiasi pepohonan
permata dengan pita-pita emas membatasi 8 daerahnya. Disitu tiada satupun
pedusunan kecil, perkampungan, desa, kota,
lautan-lautan besar, sungai-sungai besar, pegunungan, sungai-sungai kecil,
hutan-hutan dan semak-semak. Semuanya terlingkupi asap dupa yang paling harum
dan tanahnya tertaburi bungabunga mandarva dengan lapisan jaring dan tirai
serta tergantungi berbagai jenis genta-genta yang mempersona.
Disana hanya berdiam kerumunan orang-orang
yang dikumpulkan karena para dewa dan manusia telah dipindahkan ke negeri lain.
Kemudian Buddha-Buddha itu yang masing-masing membawa seorang Bodhisatva agung
sebagai pembantunya, telah tiba di dunia saha dan masing-masing pergi kekaki
sebuah pohon pemmata.
Setiap pepohonan permata itu tingginya 500
yojana yang secara bergantian terhias dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan
buah-buahan. Dibawah pepohonan permata itu terdapat tahta-tahta singa setinggi
5 yojana yang juga terhiasi dengan manikammanikam yang asri dan masing-masing
dari para Buddha itu duduk bersila diatas singgasana-singgasana singa ini.
Demikianlah keadaan di sekelilingnya, seluruh jutaan dunia terpenuhi oleh para
Buddha yang meskipun baru datang dari satu titik batas saja, raga-raga yang
telah keluar dari Sang Sakyamuni Buddha belumlah selesai berdatangan.
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang ingin
membuat ruangan bagi para Buddha yang telah keluar dari dirinya sendiri, maka
diciptakanlah 200 ribu koti dari nayuta kawasan-kawasan disetiap penjuru dunia
yang seluruhnya sangatlah indah, tanpa neraka, tanpa jiwa yang haus, hewan
maupun asura dan memindahkan para dewa dan manusia-manusianya ke negeri-negeri
yang lain.
Kawasan-kawasan yang baru saja diciptakan
tadi juga berbumi lapis lazuli, serta dipercantik dengan pepohonan permata
setinggi 500 yojana yang secara bergantian dihiasi dengan dedahanan, dedaunan,
bebungaan dan buah-buahan. Dibawah setiap pepohonan itu terdapat sebuah tahta
singa bertatah permata setinggi 5 yojana, dipermolek dengan segala jenis
batu-batu manikam. Dikawasan itu tiada satupun lautan besar, sungai besar,
ataupun Gunung Mucilinda, Gunung Maha Mucilinda, G.Lingkaran Besi, G.Lingkaran
Besi Besar, G. Sumeru dan lain-lain, dan seluruh gunung-gunung besar selalu
membentuk satu tanah Buddha. Tanah benlapis permatanya sangat rata dan halus,
tenda-tenda berhias manikam terbentang dimana-mana tergantungi pita-pita dan
tirai, bebungaan surga yang indah menyelimuti bumi dimanapun juga, sementara
dedupaan yang paling harum sedang dibakar.
Sang Sakyaniuni Buddha menciptakan 200 ribu
koti dari nayuta kawasan-kawasan disetiap 8 penjuru agar para Buddha yang baru
saja datang dapat duduk, yang kawasan-kawasan itu seluruhnya begitu indah tanpa
adanya neraka, jiwa yang haus, binatang dan asura serta rnemindahkan para dewa
dan manusianya ke negeri-negeri yang lain.
Kawasan yang diciptakan itu juga berbumi
lapis lazuli dan dihiasi pepohonan permata setinggi 500 yojana yang secara
bergantian dipercantik dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan.
Disetiap pepohonan itu dibawahnya tendapat sebuah tahta singa setinggi 5 yojana
yang terhiasi permata besar. Disana tiada satupun lautan besar, sungai besar,
maupun Gunung Mucinda, G. Maha-Mucinda, G. Lingkaran Besi, G. Lingkaran Besi
Besar, G. Sumeru dan lain-lainnya, dan pegunungan-pegunungan besar inilah yang
selalu membentuk satu tanah Buddha. Bumi berlapis permatanya begitu rata dan
halus, tentu berhias manikam membentang dimana-mana tergantungi pita dan tirai,
serta bebungaan sunga yang asri menyelimuti bumi dimanapun jua, sementara dupa
yang paling harum sedang dibakar.
Pada saat itu disebelah timur, raga-raga
yang berasal dan Sang Sakyamuni yaitu para Buddha yang sedang mengkhotbahkan
Hukum didalam ratusan ribu koti dari nayuta kawasan sebelah timur yang
jumlahnya seperti pasir sungai Gangga, telah datang berkumpul. Begitulah secara
bergantian seluruh Buddha-Buddha dari 10 penjuru semuanya datang dan berkumpul
serta mengambil tempat duduknya masing—masing dalam 8 arah. Kemudian setiap
penjuru terpenuhi oleh para Buddha Tathagata dan 400 ribu koti
kawasan-kawasannya.
Dan sesudah itu semua para Buddha yang
masing-masing berada dibawah sebuah pohon permata dan duduk diatas singgasana
singa, mengutus pembantu-pernbantunya untuk bertanya pada Sang Sakyamuni
Buddha. Masing-masing dari para Buddha itu mempersembahkan dua genggam penuh
bunga-bunga permata dan berkata kepada para pembantunya “Putera—putera yang
baik Kalian pergi dan kunjungilah Gunung Grdhrakuta tempat bersemayamnya Sang
Sakyamuni Buddha dan sesuai dengan pesan kami, maka katakanlah “Apakah Paduka
sehat dan baik-baik saja ? Apakah bayu Paduka dalam keadaan sempurna ? Dan
apakah seluruh kelompok para Bodhisatva dan sravaka Paduka dalarn kedamaian ?“
Taburilah Sang Buddha dengan takzim dengan bebungaan permata ini dan berkatalah
demikian : “Sedemikianlah seorang Buddha bersama-sama berharap agar Stupa Indah
ini dibuka.” Seluruh para Buddha mengutus pembantu-pembantunya pula dengan cara
yang sama.
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang melihat
para Buddha yang telah keluar dariNya itu berkumpul bersama-sama dan masing-rnasing
duduk diatas tahta singanya, serta setelah mendengar para Buddha itu secara
serempak menginginkan agar Stupa lndah itu dibuka, maka seketika itu juga
bangkit dari singgasanaNya dan menjulang di angkasa.
Seluruh keempat kelompok itu berdiri dengan
mengatupkan tangannya dan dengan penuh perhatian memandang kearah Sang Buddha.
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha dengan jari tangan kananNya membuka pintu Stupa
dari 7 benda berharga itu dan terdengarlah bunyi yang keras seperti bunyi
deritnya engsel dari sebuah pintu gerbang kota
yang besar ketika dibuka.
Kemudian seluruh kelompok melihat Sang
Tathagata PRABHUTARATNA duduk diatas tahta singa didalam Stupa Agung itu dengan
seluruh raganya yang tenang seolah-olah ia sedang bersemedi. Dan mereka
mendengar katanya “Bagus sekali ! Bagus sekali Sang Sakyamuni Buddha ! Segera
khotbahkanlah Sutra Bunga Hukum ini. Aku telah datang kemari demi untuk
mendengarkan Sutra ini.”
Kemudian keempat kelompok setelah melihat
Buddha yang telah wafat dan telah moksha selama sekian ribu koti kalpa yang tak
tenbatas itu mengucapkan kata-kata seperti ini, semuanya memuji keajaiban yang
belum pernah teralami ini serta menaburkan tumpukan-tumpukan bebungaan permata
surga diatas Sang Buddha PRABHUTARATNA dan Sang Sakyamuni Buddha.
Kemudian Sang Buddha PRABHUTARATNA yang
berada didalam Stupa Agung itu memberikan separo singgasananya kepada Sang
Sakyamuni Buddha dengan berkata “Wahai Sang Sakyamuni Buddha !” Duduklah disini
Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memasuki Stupa dan duduk bersila diatas
singgasana yang separo itu. Dan pertemuan besar yang rnelihat kedua Tathagata
duduk bersila diatas singgasana singa didalam Stupa dari 7 Benda Berharga itu,
masing-masing membayangkan demikian, “Kedua Buddha itu sedang duduk ditempat
yang begitu tinggi dan jauh. Mungkinkah kedua Tathagata itu dengan kekuasaanNya
yang tak terbayangkan akan bersuka hati mengangkat kediaman kita keatas
angkasa.”
Seketika itu juga, Sang Sakyamuni Buddha
dengan kekuatan ghaib beliau menerima seluruh pertemuan agung itu diatas
antariksha, dan dengan suara yang agung menyapa keempat kelompok itu seluruhnya
bersabda “Siapakah yang mampu menyiarkan Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan
didalam dunia saha ini ? Sekaranglah waktunya, Sang Tathagata tidak akan lama
disini, Beliau harus kembali ke nirwana, Sang Buddha ingin mewariskan Sutra
Bunga Hukum Yang Menakjubkan ini sehingga Sutra ini akan ada selamanya.”
Pada saat itu Yang Maha Agung ingin untuk
memaklumkan maksud ini kembali dan bersabdalah Beliau dalarn syair
“Tuhan Yang Maha Mulia,
Meskipun sudah lama moksha
Dan didalam Stupa Agungnya,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum.
Bagaimana mungkin seseorang tidak menjadi
Bersemangat demi Hukum itu?
Buddha ini telah lama moksha
Selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung,
Namun dari tempat ke tempat ia mendengar Hukum,
Karena keanehannya.
Meskipun sudah lama moksha
Dan didalam Stupa Agungnya,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum.
Bagaimana mungkin seseorang tidak menjadi
Bersemangat demi Hukum itu?
Buddha ini telah lama moksha
Selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung,
Namun dari tempat ke tempat ia mendengar Hukum,
Karena keanehannya.
Buddha itu telah berprasetya,
“Sesudah kemokshaanku,
Aku akan pergi kemanapun jua,
Selamanya untuk rnendengar Hukum ini.”
Dan para Buddha yang tak terhitung,
Berasal dari ragaKu,
Sejurnlah pasir-pasir sungai Gangga,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum
Dan melihat Sang Tathagata yang telah moksha itu
Sang PRABHUTARATNA.
Masing-masing, dengan meninggalkan tanahnya yang indah
Dan kelompok para pengikutnya,
Para dewa, manusia dan para naga,
Dan segala persembahan-persem bahan mereka,
Telah datang kemari ketempat ini
Agar Hukum itu dapat tinggal lama.
“Sesudah kemokshaanku,
Aku akan pergi kemanapun jua,
Selamanya untuk rnendengar Hukum ini.”
Dan para Buddha yang tak terhitung,
Berasal dari ragaKu,
Sejurnlah pasir-pasir sungai Gangga,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum
Dan melihat Sang Tathagata yang telah moksha itu
Sang PRABHUTARATNA.
Masing-masing, dengan meninggalkan tanahnya yang indah
Dan kelompok para pengikutnya,
Para dewa, manusia dan para naga,
Dan segala persembahan-persem bahan mereka,
Telah datang kemari ketempat ini
Agar Hukum itu dapat tinggal lama.
Untuk memberi tempat duduk kepada para
Buddha ini’
Dengan kekuasaanKu yang tak tenbayangkan,
Aku telah memindahkan para mahluk yang tak terbatas
Dan membersihkan kawasanKu.
Para Buddha, satu persatu,
Telah datang dibawah pepohonan permata,
Seperti bunga-bunga teratai yang menghiasi
Sebuah kolam yang dingin dan bening.
Dibawah pepohonan pemmata itu,
Diatas tahta-tahta singa,
Para Buddha duduk,
Cemerlang dan megah.
Bagai, dikegelapan malam,
Obor-obor besar berkelip-kelip.
Dan mereka tersebar harumnya keghaiban
Menebar jáuh diseluruh negeri
Semua mahluk menjadi wangi karenanya
Dan mengisi dirinya sendiri dengan kegembiraan;
Bagaikan angin besar
Menghernbus semak-semak yang harum.
Dengan kebijaksanaan ini
Aku membuat Hukum itu tinggal lama.
Kepada pertemuan Agung ini bersabda
“Sesudah kemokshaanKu,
Siapapun juga yang dapat menjaga dan memelihara,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Biarlah dia dihadapan Sang Buddha sendiri,
Mengucapkan prasetyanya!
Sang Buddha PRABHUTARATNA,
Telah moksha sekian lama,
Karena prasetya agungnya,
Akan mengucapkan suara Buddha.
Dengan kekuasaanKu yang tak tenbayangkan,
Aku telah memindahkan para mahluk yang tak terbatas
Dan membersihkan kawasanKu.
Para Buddha, satu persatu,
Telah datang dibawah pepohonan permata,
Seperti bunga-bunga teratai yang menghiasi
Sebuah kolam yang dingin dan bening.
Dibawah pepohonan pemmata itu,
Diatas tahta-tahta singa,
Para Buddha duduk,
Cemerlang dan megah.
Bagai, dikegelapan malam,
Obor-obor besar berkelip-kelip.
Dan mereka tersebar harumnya keghaiban
Menebar jáuh diseluruh negeri
Semua mahluk menjadi wangi karenanya
Dan mengisi dirinya sendiri dengan kegembiraan;
Bagaikan angin besar
Menghernbus semak-semak yang harum.
Dengan kebijaksanaan ini
Aku membuat Hukum itu tinggal lama.
Kepada pertemuan Agung ini bersabda
“Sesudah kemokshaanKu,
Siapapun juga yang dapat menjaga dan memelihara,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Biarlah dia dihadapan Sang Buddha sendiri,
Mengucapkan prasetyanya!
Sang Buddha PRABHUTARATNA,
Telah moksha sekian lama,
Karena prasetya agungnya,
Akan mengucapkan suara Buddha.
Biarlah Sang Tathagata PRABHUTARATNA dan
juga Aku sendiri
Serta kumpulan para Buddha yang berasal dari badan ku
Mengetahui keputusan ini.
Dari seluruh putera-putera BuddhaKu,
Biarlah ia yang mampu melindungi Hukum,
Mengucapkan prasetya agungnya
Untuk membuat Hukum itu hidup terus!
Ia yang dapat melindungi Hukum dan Sutra ini
Akan layak mendapatkan penghormatan
Ku dan Sang PRABHUTARATNA,
Serta kumpulan para Buddha yang berasal dari badan ku
Mengetahui keputusan ini.
Dari seluruh putera-putera BuddhaKu,
Biarlah ia yang mampu melindungi Hukum,
Mengucapkan prasetya agungnya
Untuk membuat Hukum itu hidup terus!
Ia yang dapat melindungi Hukum dan Sutra ini
Akan layak mendapatkan penghormatan
Ku dan Sang PRABHUTARATNA,
Sang Buddha PRABHUTARATNA ini,
Yang tinggal didalam Stupa Agung,
Dan selalu berkelana kemanapun jua, hanya dari Sutra ini.
Beliau terlebih-lebih lagi akan menghormati
Seluruh para Buddha yang berasal dari ragaku,
Yang menghiasi dan membuat rnegah seluruh dunia.
Jika ia mengkhotbahkan Sutra ini,
Maka ia layak melihat Aku,
Dan Sang Tathagata PRABHUTARATNA,
Serta para Buddha yang berasal dariKu.
Yang tinggal didalam Stupa Agung,
Dan selalu berkelana kemanapun jua, hanya dari Sutra ini.
Beliau terlebih-lebih lagi akan menghormati
Seluruh para Buddha yang berasal dari ragaku,
Yang menghiasi dan membuat rnegah seluruh dunia.
Jika ia mengkhotbahkan Sutra ini,
Maka ia layak melihat Aku,
Dan Sang Tathagata PRABHUTARATNA,
Serta para Buddha yang berasal dariKu.
Wahai semua putera-puteraKu yang baik
Biarlah semua orang memenungkannya dengan teliti
lnilah suatu tugas yang berat,
Yang membutuhkan pengambilan sumpah yang agung
Semua Sutra-sutra yang lain,
Sejumlah pàsir-pasir sungai Gangga,
Meskipun seseorang mengajarkannya,
Sulitnya masih juga tak terbayangkan.
Biarlah semua orang memenungkannya dengan teliti
lnilah suatu tugas yang berat,
Yang membutuhkan pengambilan sumpah yang agung
Semua Sutra-sutra yang lain,
Sejumlah pàsir-pasir sungai Gangga,
Meskipun seseorang mengajarkannya,
Sulitnya masih juga tak terbayangkan.
Seandainya seseorang mengangkat Gunung
Sumeru
Dan melemparkannya kenegeri lain
Dari tanah-tanah Buddha yang tak terhitung
jumlahnva, Tidak pula akan sulit.
Dan melemparkannya kenegeri lain
Dari tanah-tanah Buddha yang tak terhitung
jumlahnva, Tidak pula akan sulit.
Seandainya seseorang dengan ujung jari
kakinya
Memindahkan sejuta dunia
Dan melemparkannya jauh-jauh kenegeri lain,
Itu pula tidak sulit.
Memindahkan sejuta dunia
Dan melemparkannya jauh-jauh kenegeri lain,
Itu pula tidak sulit.
Seandainya seseorang berdiri di Puncak
Seluruh mahluk.
Mengajarkan kepada semua urnat
Sutra-sutra lain yang tak terhitung jumlahnya,
Hal itu iuga tidak sulit.
Mengajarkan kepada semua urnat
Sutra-sutra lain yang tak terhitung jumlahnya,
Hal itu iuga tidak sulit.
Tetapi jika seseorang sesudah kemokshaan
Sang Buddha nanti.
Ditengah-tengah dunia angkara.
Mampu mengkhotbahkan Sutra ini,
Inilah benar-benar berat.
Ditengah-tengah dunia angkara.
Mampu mengkhotbahkan Sutra ini,
Inilah benar-benar berat.
Meskipun terdapat seseorang yang
Menggengam langit didalam tangannya
Dan berkelana kian kemari dengan membawa itu,
Hal ini juga tidak sulit.
Menggengam langit didalam tangannya
Dan berkelana kian kemari dengan membawa itu,
Hal ini juga tidak sulit.
Jika seseorang mengambil bumi yang besar,
Meletakkannya diatas ibu jari kakinya
Dan naik ke surga kaBrahman,
Hal itu juga tidak sukar.
Tetapi sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Membaca Sutra ini dengan keras meskipun cuma sekejap,
Hal itu benar-benar sulit.
Meletakkannya diatas ibu jari kakinya
Dan naik ke surga kaBrahman,
Hal itu juga tidak sukar.
Tetapi sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Membaca Sutra ini dengan keras meskipun cuma sekejap,
Hal itu benar-benar sulit.
Meskipun seseorang di ujung lautan api,
Membawa beban jerami kering,
dan memasukinya tanpa hangus sedikitpun,
Hal itu masih juga tidak sulit.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang memelihara Sutra ini
Dan memaklumkannya meskipun hanya seorang saja,
Itulah benar-benar sukar.
Membawa beban jerami kering,
dan memasukinya tanpa hangus sedikitpun,
Hal itu masih juga tidak sulit.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang memelihara Sutra ini
Dan memaklumkannya meskipun hanya seorang saja,
Itulah benar-benar sukar.
Seandainya seseorang menjaga 84 ribu
Bagian dari Hukum itu dan 12 Bagian Sutra,
Mengajarkannya kepada yang lain,
Dan menyebabkan mereka yang mendengarnya
Memperoleh 6 kemampuan yang tak terbayangkan,
Meskipun ia memiliki kekuatan seperti ini,
Hal itu masih tidak sulit pula.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti, jika seseorang
Mendengar dan menerima Sutra ini dan meresapi maknanya,
Itulah baru benar-henar sukar.
Bagian dari Hukum itu dan 12 Bagian Sutra,
Mengajarkannya kepada yang lain,
Dan menyebabkan mereka yang mendengarnya
Memperoleh 6 kemampuan yang tak terbayangkan,
Meskipun ia memiliki kekuatan seperti ini,
Hal itu masih tidak sulit pula.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti, jika seseorang
Mendengar dan menerima Sutra ini dan meresapi maknanya,
Itulah baru benar-henar sukar.
Seandainya seseorang dapat mengkhotbahkan
Hukum
Dan membuat ribuan koti,
Mahluk-mahluk hidup yang tak terhitung jumlahnya
Seperti pasir-pasir sungai Gangga, menjadi arhat
Dan sempurna dalam keenam kekuatan yang tak terbayangkan,
Bahkan menganugerahkan jasa seperti ini, masih tetap tidak akan sulit.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang mampu memelihara Sutra semacam ini,
Hal itu barulah benar-benar sulit
Dan membuat ribuan koti,
Mahluk-mahluk hidup yang tak terhitung jumlahnya
Seperti pasir-pasir sungai Gangga, menjadi arhat
Dan sempurna dalam keenam kekuatan yang tak terbayangkan,
Bahkan menganugerahkan jasa seperti ini, masih tetap tidak akan sulit.
Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang mampu memelihara Sutra semacam ini,
Hal itu barulah benar-benar sulit
Aku, karena jalan keBuddhaan,
Didalam negeri-negeri yang tak terhitung jumlahnya
Dari awal sampai saat ini,
Telah mengkhotbahkan banyak Sutra secara luas;
Tetapi diantara seluruh sutra-sutra itu
Sutra inilah yang paling utama, dan
Jika seseorang mampu memeliharanya,
Maka ia memelihara Raga Sang Buddha.
Didalam negeri-negeri yang tak terhitung jumlahnya
Dari awal sampai saat ini,
Telah mengkhotbahkan banyak Sutra secara luas;
Tetapi diantara seluruh sutra-sutra itu
Sutra inilah yang paling utama, dan
Jika seseorang mampu memeliharanya,
Maka ia memelihara Raga Sang Buddha.
Wahai seluruh putera-puteraKu yang baik!
Biarlah dia, yang sesudah kemokshaanKu,
Mampu menerima dan menjaganya,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Sekarang dihadapan Sang Buddha,
Mengucapkan prasetyanya sendiri! Sutra ini begitu sulit dipelihara,
Biarlah dia, yang sesudah kemokshaanKu,
Mampu menerima dan menjaganya,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Sekarang dihadapan Sang Buddha,
Mengucapkan prasetyanya sendiri! Sutra ini begitu sulit dipelihara,
Seandainya seseorang menjaganya sementara
waktu,
Aku akan bergembira,
Dan begitu juga para Buddha.
Seorang yang seperti ini
Akan dipuji oleh para Buddha;
Orang seperti itu adalah berani;
Orang seperti itu adalah bersemangat;
Orang seperti itu dinamakan Pemelihara Hukum
Dan pelaksana Dhuta;
Dengan segera akan mencapai
Jalan keBuddhaan yang agung.
Aku akan bergembira,
Dan begitu juga para Buddha.
Seorang yang seperti ini
Akan dipuji oleh para Buddha;
Orang seperti itu adalah berani;
Orang seperti itu adalah bersemangat;
Orang seperti itu dinamakan Pemelihara Hukum
Dan pelaksana Dhuta;
Dengan segera akan mencapai
Jalan keBuddhaan yang agung.
Dia yang didalam generasi mendatang,
Dapat membaca dan menjaga Sutra ini,
Adalah sungguh-sungguh putera Sang Buddha
Berdiam didalam tingkat kebaikan suci
Dapat membaca dan menjaga Sutra ini,
Adalah sungguh-sungguh putera Sang Buddha
Berdiam didalam tingkat kebaikan suci
Sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Dia yang dapat menjelaskan maknanya,
Akan menjadi mata dunia bagi para dewa dan manusia.
Dia yang dapat menjelaskan maknanya,
Akan menjadi mata dunia bagi para dewa dan manusia.
Dia yang didalam ujung akhir masa
ketakutan,
Dapat mengkhotbahkannya rneskipun hanya sebentar,
Oleh para dewa dan manusia akan dimuliakan.
Dapat mengkhotbahkannya rneskipun hanya sebentar,
Oleh para dewa dan manusia akan dimuliakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar