BAB XXIII
BODHISATVA BAISAJARAGA
BODHISATVA BAISAJARAGA
Pada saat itu Sang Bodhisatva Naksatraragasankusumitabhigna menyapa Sang Buddha seraya berkata : "Yang Maha Agung ! Mengapa Sang Bodhisatva Baisajaraga berkelana didalam dunia saha ini ? Yang Maha Agung ! Alangkah banyaknya penderitaan yang jumlahnya sampai beratus ribu koti nayuta yang harus ditanggung oleh Sang Baisajaraga ! Akan menjadi sempurnalah kiranya, duhai Yang Maha Agung ! Seandainya Engkau menjelaskannya meskipun hanya sekulumit saja sehingga para dewa. Mahluk-mahluk naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan bukan manusia serta para Bodhisatva yang telah datang dari negeri-negeri lain, akan bergembira semuanya setelah mendengarnya."
Kemudian Sang Buddha menyapa Sang
Bodhisatva Naksatraragasankusumitabhigna : "Dahulu kala, pada ribuan kalpa
yang tak terhitung yang jumlahnya sebanyak pasir-pasir dari sungai Gangga yang
telah lalu, adalah seorang Buddha yang bergelar Kandravimala- suryaprabasasri.
Yang Maha Mulia, Maha Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang
Telah Mencapai Kesempurnaan, Maha Tahu Tengtang Dunia, Pemimpin Yang Tiada
Tara, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha
Agung. Buddha itu memiliki 80 koti Bodhisatva-Mahasatva agung dan sekelompok
besar para sravaka yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 72 sungai Gangga.
Masa hidup Buddha itu ialah 42 ribu kalpa dan masa hidup dari para
Bodhisatva-nya juga selama itu.
Didalam kawasannya tidak terdapat seorang
wanitapun, neraka, iblis-iblis lapar, hewan, asura dan kesengsaraan. Tanahnya
datar seperti telapak tangan manusia dan terbuat dari lapis lazuli, terhias
dengan pepohonan permata, terselimuti oleh tirai-tirai manikam, digantungi
dengan bendera-bendera bebungaan permata, pot-pot kembang dan anglo-anglo
bertatah permata terlihat di seluruh pelosok negeri itu.
Terdapat juga teras-teras yang terbuat dari
7 benda berharga dengan pepohonan disetiap terasnya dimana pohon itu berjarak
satu jangkauan anak panah penuh dari teras tadi.
Dibawah pepohonan permata ini duduklah para
Bodhisatva dan sravaka. Diatas masing-masing mimbar ini terdapat seratus koti
para dewa yang sedang mengalunkan dendang dan lagu pujian kasurgan untuk
memuliakan Buddha itu. Kemudian Buddha itu mengkhotbahkan Hukum Sutra Bunga Teratai
kepada Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana dan seluruh para Bodhisatva serta
kelompok para sravaka.
Sang Bodhisatva Kecantikan ini telah
menikmati khotbah tentang penderitaan dan didalam Hukum dari Sang Buddha
Kandravimilasuryaprabasasri, ia telah membuat kemajuan dengan penuh semangat
dan dengan sepenuh hatinya ia mengembara kesana kemari untuk mencari Sang
Buddha selama 12 ribu tahun penuh, dimana sesudah itu ia mencapai tingkat
samadhi Sarvarupasandarsana. Setelah mencapai perenungan ini hatinya menjadi
sangat bergembira dan membayangkan demikian :"Hasil perenunganku sampai
tingkat Samadhi Sarvarupasandarsana ini semata-mata hanyalah berkat kekuatan
yang timbul dari mendengarkan Hukum Sutra Bunga Teratai. Oleh karenanya,
biarlah aku sekarang memuliakan Sang Buddha Kandravimalasurya Prabasasri dan
Hukum Sutra Bunga Teratai ini." Tidak lama setelah ia memasuki perenungan
itu, kemudian dari langit hujan bertaburan bunga-bunga mandarava, bunga-bunga
maha-mandarava dan 5 macam serbuk kayu cendana yang keras dan hitam yang
semuanya ini memenuhi angkasa dan turun sepeti segumpal awan. Juga ditaburkan
dedupaan dari kayu cendana Urugasara yang 6 karsha dari dedupaan ini berharga
satu dunia saha. Semuanya ini ia lakukan demi untuk memuliakan Sang Buddha itu.
"Setelah membuat persembahan
ini,kemudian ia bangkit dari perenungan itu dan berpikir dalam hatinya
:"Meskipun dengan kekuatan ghaibku aku telah memuliakan Sang Buddha,
tetapi hal itu tidaklah sebaik membuat persembahan dengan tubuhku
sendiri."
Kemudian ia dahar beberapa macam dedupaan,
yaitu dedupaan dari kayu cendana, kunduruka, turushka, prikka, kayu gaharu dan
damar, serta meminum pula sari minyak bunga cempaka dan bunga-bunga lainnya.
Sesudah 1200 tahun penuh, kemudian ia melumasi tubuhnya dengan salep-salep
harum, dan dihadapan Sang Buddha Kandravimalasuryaprabasasri ia mengenakan
pakaian kasurgan yang indah serta mandi didalam minyak wangi dan dengan seluruh
daya ghaibnya, ia membakar sekujur tubuhnya sendiri. Kilau sinarnya menerangi
seluruh alam semesta yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 80 koti
sungai-sungai Gangga, dan para Buddhanya secara serempak memujinya seraya
berkata : "Bagus, bagus ! Putera yang baik ! Inilah semangat yang nyata
yang disebut Penghormatan Hukum Yang Benar bagi Sang Tathagata. Segala
persembahan yang berupa bebungaan, wewangian, kalung-kalung, dedupaan, serbuk
cendana, salep-salep obat, bendera dan tirai-tirai sutera surga serta kayu
cendana Uragasara, semuanya tidak dapat mengimbanginya. Begitu pula
persembahan-persembahan yang berupa derma, negeri, kota, istri dan anak, semua
persembahan-persembahan ini tidak dapat menyamainya.
Wahai puteraKu yang baik ! Inilah yang
disebut persembahan yang paling agung, persembahan yang maha luhur dan mulia,
karena inilah persembahan hukum bagi para Tathagata." Sesudah mengucapkan
pernyataan ini semuanya diam kembali.
"Tubuhnya menyala terus selama 1200
tahun dan sesudah itu mokshalah tubuhnya."
"Setelah Sang Bodhisatva
Sarvasattvapriyadarsana selesai membuat persembahan Hukum semacam itu, maka
disaat kemokshaannya ia terlahir kembali dalam kawasan Sang Buddha
Kandravimalasuryaprabasari yang secara tiba-tiba ia terjema dalam keadaan duduk
bersila di kediaman Sang Raja Vimaladatta yang menjadi ayahnya dimana ia segera
berkata dalam syair "
"Ketahuilah, wahai raja agung !
Pada saat berada di tempat kediaman lain,
Dengan segera aku mencapai tingkat Samadhi
Sarvarupasandarsana,
Dan dengan tulus ikhlas melaksanakan darma dari semangat yang agung,
Dengan cara mengorbankan tubuh yang aku cintai."
Pada saat berada di tempat kediaman lain,
Dengan segera aku mencapai tingkat Samadhi
Sarvarupasandarsana,
Dan dengan tulus ikhlas melaksanakan darma dari semangat yang agung,
Dengan cara mengorbankan tubuh yang aku cintai."
"Setelah mengucapkan syair ini,
kemudian ia berkata kepada ayahnya :"Sang Buddha
Kandravimalasuryaprabasasri masih tetap ada seperti dahulu kala. Sesudah
membuat penghormatan utama kepada Buddha itu, aku mencapai dharani dari
Menafsirkan Ucapan-ucapan semua mahluk dan lebih-lebih lagi aku telah mendengar
Sutra Bunga Hukum ini sebanyak 800 ribu koti nayuta, kankara, bimbara, dan
akshobya syair. Wahai Raja Agung ! Aku harus kembali sekarang dan memuliakan
Buddha itu."
Sesudah mengucapkan ini, kemudian ia mengambil
tempat duduknya diatas menara 7 benda berharga dan membumbung ke angkasa
setinggi 7 pohon tala. Ketika ia sampai pada Buddha itu, kemudian ia bersujud
dikakinya serta mengatupkan sepuluh jarinya dan memuja Buddha itu dalam syair :
"Raut wajah yang sangat mengagumkan,
Cemerlangnya menerangi alam semesta,
Dahulu kala aku memuliakanmu,
Sekarang aku kembali lagi untuk memandangmu."
Cemerlangnya menerangi alam semesta,
Dahulu kala aku memuliakanmu,
Sekarang aku kembali lagi untuk memandangmu."
"Setelah Sang Bodhisatva
Sarvasattvapriyadarsana selesai mengucapkan syair ini, kemudian berkatalah ia
kepada Buddha itu :"Yang Maha Agung ! Yang dihormat dunia masih tetap
berada didalam dunia."
"Kemudian Sang Buddha
Kandravimalasuryaprabasasri menyapa Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana
:"PuteraKu yang baik ! Saat nirvanaKu telah tiba. Saat kemokshaanKu telah
datang. Engkau aturlah tempat tidurKu. Malam nanti Aku akan memasuki
parinirvana." Kembali Beliau mengutus Sang Bodhisatva
Sarvasattvapriyadarsana :"PuteraKu yang baik ! Aku percayakan Hukum Buddha
kepadamu dan Aku serahkan pula kepadamu seluruh Bodhisatva-Bodhisatva dan
pengikut-pengikut utamaKu, Hukum Penerangan AgungKu dan jutaan duniaKu yang
terbuat dari 7 benda berharga bersama dengan pepohonan permata dan menara
manikamnya serta seluruh pelayan-pelayanKu. Aku percaya juga kepadamu segala
peninggalan-peninggalan relik apapun yang ada sesudah kemokshaanKu. Biarlah
mereka menyebar dan memuliakannya sampai jauh dan biarlah ribuan stupa
didirikan pula."
Setelah Sang Buddha
Kandravimalasuryaprabasasri selesai menitahkan Sang Bodhisatva
Sarvasattvapriyadarsana sedemikian itu, kemudian dipenghujung malam masuklah
dia kedalam nirvana.
"Ketika Sang Bodhisatva
Sarvasattvapriyadarsana melihat bahwa Sang Buddha itu telah moksha, hatinya
menjadi sangat berkabung, sangat terharu dan berduka-cita seta menyesalinya.
Kemudian ia menumpuk bahan bakar dari kayu cendana Uragasara dan setelah
menghormati jasad Buddha itu lalu ia membakarnya.
Sesudah sang api padam, ia mengumpulkan
abu-abu peninggalannya dan membuat 84 ribu mangkok-mangkok indah serta
mendirikan 84 ribu stupa setinggi 3 lipatan dunia yang dihias dengan menara
panji-panji,digantungi dengan bendera dan tirai-tirai serta genta-genta indah.
Kemudian Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana membayangkan lagi didalam
hatinya : "Meskipun aku telah melakukan penghormatan seperti ini, namun
hatiku belumlah merasa puas. Baiklah aku tetap memuliakan
peninggalan-peninggalanNya lebih jauh lagi."
Kemudian ia menyapa para Bodhisatva,
pengikut-pengikut utama, begitu pula para dewa dan para naga, para yaksha dan
seluruh kelompok seraya berkata :"Kalian perhatikanlah dengan sepenuh hati
karena sekarang ini aku akan memuliakan peninggalan Sang Buddha
Kandravimalasuryaprabasasri." Setelah berkata demikian ini, kemudian
didepan 84 ribu stupa ia membakar tangannya bersama dengan ratusan tanda-tandanya
yang indah dan selama 72 ribu tahun ia memuliakannya dan mengasuh sekelompok
para pencahari kesravakaan yang tak terhitung jumlahnya serta meneguhkan iman
dari ribuan asamkhyeya orang agar mereka itu mencapai Penerangan Agung dan
membuat semuanya tinggal didalam perenungan dari Samadhi Sasvarupasandarsana.
"Kemudian seluruh para Bodhisatva,
para dewa, manusia, asura dan lain-lainnya, demi melihat dia tanpa tangan lagi,
semuanya sangat berduka, bersedih dan bersusah hati seraya berkata :" Sang
Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana ini adalah benar-benar guru dan pembimbing
kita, tetapi sekarang tangannya telah musnah terbakar dan jasmaninyapun telah
menjadi rusak pula." Kemudian Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana
berprasetya didalam persidangan agung itu:" Setelah mengorbankan kedua
belah tanganku, maka aku akan benar-benar memperoleh tubuh emas seorang Buddha.
Jika keyakinan ini benar adanya dan tidak meleset, maka baiklah kedua belah
lenganku ini kembali sempurna seperti sediakala." Begitu ia selesai mengucapkan
prasetya ini, kedua belah lengannya menjadi sempurna kembali dengan sendirinya,
dan hal ini membuat semua orang yang menyadari keistimewaan dari kebijaksanaan
dan keluhuran yang tiada cela dari sang Bodhisatva ini. Pada saat itu juga
jutaan dunia bergoncangan dalam 6 cara dan sang langitpun menghujani aneka
ragam bebungaan, para dewa serta para manusia semuanya memperoleh apa yang
belum pernah mereka dapatkan."
Kemudian Sang Buddha menyapa Sang
Bodhisatva Naksatraragasankusumitabhigna :" Pendapat apakah yang ada dalam
pikiranmu, adakah Sang Bodhisatva Sarvasattvapriyadarsana itu orang lain adanya
? Sesungguhnyalah dia itu Sang Bodhisatva Baisajaraga. Persembahan dan
pengorbanan dirinya sangat begitu tak terbatas sampai ratusan ribu koti nayuta
seperti ini.
Wahai Naksatraragasankusumitabhigna ! Jika terdapat seseorang yang dengan sepenuh hatinya berkehendak dan bertujuan untuk mencapai Penerangan Agung dan ia mampu membakar jari-jari tangannya atau bahkan ibu jari kakinya untuk memuliakan stupa Buddha, maka ia akan melampaui dia yang memuliakan stupa dengan negeri-negeri, kota, istri dan anak-anak, serta jutaan dunianya bersama seluruh gunung-gunung, hutan-hutan, sungai, kolam dan segala sesuatunya yang sangat berharga.
Wahai Naksatraragasankusumitabhigna ! Jika terdapat seseorang yang dengan sepenuh hatinya berkehendak dan bertujuan untuk mencapai Penerangan Agung dan ia mampu membakar jari-jari tangannya atau bahkan ibu jari kakinya untuk memuliakan stupa Buddha, maka ia akan melampaui dia yang memuliakan stupa dengan negeri-negeri, kota, istri dan anak-anak, serta jutaan dunianya bersama seluruh gunung-gunung, hutan-hutan, sungai, kolam dan segala sesuatunya yang sangat berharga.
"Lagi, jika terdapat seseorang yang
mempersembahkan jutaan dunia yang penuh dengan 7 benda-benda berharga untuk
memuliakan para Buddha, Bodhisatva-Bodhisatva agung, pratyekabuddha dan para
arhat, maka pahala yang diperoleh orang ini tidaklah mampu mengimbangi
kebahagiaan dari mereka yang menerima dan memelihara meskipun hanya 4 untai
dari sebuah bait syair Sutra Bunga Teratai ini.
"Wahai Raja
Naksatraragasankusumitabhigna ! Bayangkanlah saja, seandainya diantara
saluran-saluran air, sungai-sungai kecil, sungai, hulu dan semua air-air yang
lain, maka lautlah yang paling luas. Begitu jugalah dengan Hukum Sutra Bunga
Teratai ini. Diantara segala sutra yang telah dikhobahkan oleh para Tathagata,
Hukum Sutra Bunga Teratai inilah yang Paling dalam dan yang paling agung. Dan
demikian juga Diantara semua pegunungan-pegunungan yaitu pegunungan bumi,
Gunung-gunung Hitam, Gunung-gunung Lingkaran Besi Kecil, Gunung-gunung
Lingkaran Besi Besar, dan 10 pegunungan indah serta pegunungan-pegunungan
lainnya, maka Gunung Sumerulah yang paling tinggi. Demikian jugalah dengan
Sutra Bunga Hukum ini. Diantara segala sutra-sutra, Hukum Sutra Bunga Teratai
inilah yang tertinggi. Begitu juga diantara semua bintang-bintang, Rembulan
yang megah sajalah yang paling besar dan demikian pulalah dengan Hukum Sutra
Teratai ini.
Diantara ratusan ribu koti dari segala
jenis sutra hukum, maka Sutra Bunga Teratai inilah yang paling cemerlang. Lebih
jauh lagi seperti halnya sang Surya jelita yang mampu menyirnakan semua
kegelapan, maka begitu jugalah Hukum Sutra Bunga Teratai ini yang mampu pula
memusnahkan segala kegelapan yang nista. Lagi, diantara semua raja-raja kecil,
maka raja pemutar roda sucilah yang paling agung dan demikian pulalah Hukum
Sutra Bunga Teratai ini yang diantara segala sutra merupakan Sutra yang
termulia. Lagi, seperti halnya Sang Sakra yang maha mulia diantara dewa dari ke
33 surga, maka demikian jugalah dengan Sutra ini yang merupakan raja dari
segala sutra. Lagi, seperti halnya Raja Surga Brahma Sahampati yang merupakan
bapak dari seluruh orang arif dan bijak, bapak dari mereka yang masih berada
dibawah asuhan maupun yang tidak lagi dibawah asuhan dan bapak dari mereka yang
berjiwa Bodhisatva. Lagi seperti halnya dari antara orang awam, srotapanna,
sakrdagamin, anagamin, dan arhat, maka pratyekabuddhalah yang paling terkemuka.
Begitu jugalah dengan Sutra ini yang diantara segala sutra yang telah
dikhotbahkan oleh para Tathagata, Bodhisatva maupun sravaka, merupakan Sutra
yang paling utama.Begitu pulalah halnya dengan mereka yang dapat menerima dan
memelihara Sutra ini maka diantara seluruh mahluk hidup, merekalah yang paling
mulia.
Diantara seluruh sravaka dan
pratyekabuddha, Bodhisat-valah yang paling terkemuka. Begitu jugalah dengan
Sutra ini yang diantara segala sutra merupakan Sutra yang tertinggi. Seperti
Buddha yang merajai segala hukum, maka demikian jugalah dengan Sutra ini yang
merajai segala sutra. "Wahai Naksatraragasankusumitabhigna ! Sutra ini
adalah Sutra yang mampu menyelamatkan semua umat.Sutra ini mampu membebaskan
seluruh mahluk dari duka dan nestapa. Sutra ini mampu menyelamatkan para umat
dan mampu memenuhi segala keinginan mereka. Seperti sebuah kolam yang jernih
dan dingin yang mampu memuaskan mereka yang kehausan, seperti orang kedinginan
yang mendapatkan perapian, seperti orang telanjang yang mendapatkan pakaian,
seperti karapan rombongan pedagang yang mendapatkan pimpinan, seperti seorang
anak yang mendapatkan ibunya, seperti seorang yang ingin menyeberang
mendapatkan perahu, seperti seorang sakit yang mendapatkan tabib, seperti seorang
miskin yang menemukan permata, seperti orang didalam kegelapan yang mendapatkan
pelita, seperti rakyat yang mendapatkan raja, seperti seorang pedagang pangadu
untung yang mendapatkan kesempatan, seperti obor yang menyirnakan kegelapan,
maka demikian jugalah halnya dengan Hukum Sutra Bunga Teratai ini yang mampu
membebaskan semua umat dari segala kesengsaraan serta penderitaan dan mampu
pula melepaskan ikatan-ikatan dari kehidupan yang tidak kekal.
pula melepaskan ikatan-ikatan dari kehidupan yang tidak kekal.
"Jika terdapat seseorang yang setelah
mendengar Hukum Sutra Bunga Teratai ini kemudian menyalinnya atau membuat orang
lain menyalinnya, maka batas jumlah pahala yang diperolehnya tidak lagi dapat
diperkirakan meskipun dengan kebijaksanaan Buddha sekalipun.Jika seseorang
menyalin Sutra ini dan memuliakannya, dengan bebungaan, wewangian,
kalung-kalung, dedupaan, bedak-bedak cendana, salep-salep obat,
bendera-bendera, tirai-tirai, pakaian dan bermacam-macam lampu, lampu susu,
lampu minyak, lampu minyak wangi, lampu minyak bunga cempaka, lampu minyak
bunga samana, lampu minyak bunga patala dan lampu minyak bunga varshika serta
lampu minyak bunga navamalika, maka pahala yang diperolehnya tiada dapat
dilukiskan.
"Wahai Naksatraragasankusumitabhigna !
Jika terdapat seseorang yang mendengar bab dari "Darma Yang Terdahulu Dari
Sang Bodhisatva Baisajaraga" itu, iapun akan memperoleh pahala yang tak
terhingga dan tak terbatas.Jika terdapat seorang wanita yang mendengar hal dari
Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga dan ia mampu menerima dan
memeliharanya, maka sesudah tubuh kewanitaannya berakhir ia tidak lagi akan
menerima tubuh wanita itu lagi.Jika sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti
terdapat seorang wanita yang didalam 500 tahun yang terakhir mendengar Sutra
ini dan bertindak sesuai dengan ajarannya maka di ujung kehidupan ini ia akan
menuju Dunia Bahagia dimana Sang Buddha Amitayus bersemayam dikelilingi oleh
para Bodhisatva agungnya. Ia akan terlahir disana ditengah-tengah setangkai
bunga teratai yang berada diatas tahta permata.
Wanita yang sudah menjelma menjadi laki-laki itu tidak Akan pernah tergoda lagi oleh kemarahan ataupun tergoda oleh kesombongan, dengki ataupun ketidak sucian, tetapi ia akan memperoleh kekuatan ghaib dan kepastian untuk tidak terlahir kembali.
Wanita yang sudah menjelma menjadi laki-laki itu tidak Akan pernah tergoda lagi oleh kemarahan ataupun tergoda oleh kesombongan, dengki ataupun ketidak sucian, tetapi ia akan memperoleh kekuatan ghaib dan kepastian untuk tidak terlahir kembali.
Setelah memperoleh penetapan ini, indera
matanya akan menjadi sempurna dan dengan kesempurnaan indera matanya ini ia
akan melihat 7 juta dan 2 ribu koti nayuta dari para Buddha Tathagata yang
jumlahnya sama dengan pasir-pasir sungai Gangga ketika para Buddha ini
memujinya dengan serempak dari kejauhan seraya bersabda : "Bagus sekali,
bagus sekali ! Wahai puteraKu yang baik ! Engkau telah mampu menerima dan
memelihara, membaca dan menghafalkan serta merenungkan Sutra ini didalam Hukum
Sang Sakyamuni Buddha dan mengajarkannya pula kepada orang lain. Karunia yang
telah engkau peroleh adalah sangat tak terhingga dan tak terbatas dimana sang
api tidak mampu membakarnya serta sang airpun tidak mampu menghanyutkannya.
Pahalamu tiada dapat lagi diutarakan oleh seribu Buddha. Sekarang engkau telah
mampu memusnahkan mara-mara jahat, menyingkirkan kekuatan-kekuatan ikatan
ketidak-tahuan dan menghancurkan musuh-musuh yang lain.Wahai putera yang baik !
Ratusan ribu para Buddha dengan segala kekuatan ghaibnya akan selalu
bersama-sama menjaga dan melindungimu sehingga tiada satupun Dari para dewa dan
manusia diseluruh dunia ini yang dapat menyamaimu kecuali Sang Tathagata
sendiri.Kebijaksanaan dan meditasi dari para sravaka, pratye-Kabuddha atau
bahkan para Bodhisatva sendiri, semua-Nya tidak akan dapat mengimbangimu.Wahai
Naksatraragasankusumitabhigna ! Sedemikianlah
daya pahala dan kebijaksanaan yang telah diperoleh sang Bodhisatva ini.
daya pahala dan kebijaksanaan yang telah diperoleh sang Bodhisatva ini.
"Jika terdapat seseorang yang ketika
mendengar hal dari Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga ini
kemudian ia mampu menerima dan memuliakannya dengan penuh kegembiraan, maka
selama hidupnya yang sekarang ini ia akan selalu menebarkan bau nafas yang
harumnya seperti bunga teratai biru dan dari seluruh pori-pori tubuhnya akan
memancarkan harumnya kayu cendana kepala lembu, serta pahalanya akan menjadi
seperti tersebut diatas tadi.Oleh karenanya wahai Naksatraraga, Aku percayakan
Kepadamu bab tentang Darma Yang Terdahulu Dari Sang Bodhisatva Baisajaraga itu.
Didalam 500 tahun yang terakhir sesudah kemokshaanKu nanti, maklumkanlah dan
siarkanlah bab itu didalam Jambudvipa, karena kalau tidak, bab itu akan hilang
sehingga sang mara, Yang Maha Jahat, beserta manusia-manusia maranya, para
dewa, naga, yaksha, kumbhandas dan lain-lainnya akan memperoleh kesempatannya.
Wahai Sang Naksatraraga ! Peliharalah dan
lindungilah Sutra ini dengan kekuatan-kekuatan ghaibmu. Karena Sutra ini
merupakan obat yang manjur bagi penyakit orang-orang Jambudvipa. Jika seseorang
jatuh sakit dan ia mendengar Sutra ini maka sakitnya akan segera hilang dan
iapun tidak akan menjadi tua dan tidak pula akan mati. Wahai Naksatraraga !
Jika engkau melihat seseorang menerima dan memelihara Sutra ini, maka engkau
harus menaburkan bunga-bunga teratai biru yang penuh dengan serbuk-serbuk kayu
cendana kepadanya, dan sesudah menaburinya berpikirlah demikian. "Orang
ini akan segera menerima segebung rerumputan dan akan segera mengambil tempat
duduknya diatas tempat kebijaksanaan. Ia akan mencerai-beraikan kelompok mara
dan miniup nafiri Hukum serta menabuh genderang Hukum Agung. Ia akan
menyelamatkan seluruh mahluk hidup dari samodra ketuaan, penyakit dan
kematian." Oleh karena itu, siapapun yang mencari Jalan keBuddhaan ketika
melihat seseorang yang menerima dan memelihara Sutra ini, maka ia harus menaruh
rasa hormat kepadanya."
Pada saat bab dari Darma Yang Terdahulu Dari
Sang Bodhisatva Baisajaraga ini sedang dikhotbahkan, 84 ribu Bodhisatva
memperoleh dharani dari Menafsirkan Ucapan Segala Mahluk. Sang Tathagata
Prabhutaratna yang berada didalam stupa 7 Benda Berharga memuji Sang Bodhisatva
Naksatraragasankusumitabhigna : "Bagus sekali, bagus sekali, wahai
Naksatraragasan-kusumitabhigna ! Engkau telah memperoleh pahala-pahala yang tak
dapat dilukiskan lagi karena engkau telah dapat menanyakan hal-hal yang seperti
ini kepada Sang Sakyamuni Buddha dan engkau telah benar-benar Menyelamatkan
semua umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar